Buih Itu Bernama Umat Islam |
Prolog
Dalam laporannya terbaru, The Pew Forum on Religion and Public Life merilis bahwa jumlah populasi kaum muslimin dunia melonjak hampir 100 % dalam beberapa tahun terakhir ini. “Rata-rata pada setiap Negara bertambah dari semula 1 juta menjadi 1,8 juta penganut,” tulis laporan terbaru tentang riset yang dilakukan selama tiga tahun itu.
Angka pastinya, menurut laporan itu, jumlah kaum muslimin di seluruh dunia saat ini mencapai 1,57 miliar jiwa. “Kini, hampir satu dari empat penduduk dunia mempraktikkan ajaran Islam,” tulis laporan tersebut dengan judul “Mapping the Global Muslim Population.”
Melihat angka statistik di atas memang cukup fantastis. Kaum muslimin bisa berbesar hati. Mengapa tidak? Angka 1, 57 M bukanlah angka biasa melainkan luar biasa. Ini menunjukkan bahwa kekuatan kaum muslimin dunia sangat diperhitungkan oleh dunia Barat umumnya, dan khususnya kaum kuffar. Dan sekali lagi membuktikan bahwa Barat dan sekutunya terus memantau perkembangan dan populasi kaum muslimin belahan dunia setiap saat.
Pertanyaannya, apa yang bisa dilakukan oleh kaum muslimin dengan jumlah yang sedemikian besar? Sudahkah mereka menjadi bangsa yang disegani oleh musuh-musuhnya? Ataukah sebaliknya? Tulisan ini mencoba untuk menyelami betapa besarnya penderitaan yang dirasakan oleh kaum muslimin sekalipun mereka adalah bangsa yang besar.
Isyarat Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam
Empat belas abad yang silam, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam telah mengabarkan kepada para shahabatnya tentang kondisi kaum muslimin sepeninggalnya nanti. Isyarat yang beliau sampaikan itu bisa kita rasakan hari ini kebenarannya.
Imam Abu Dawud –rahimahullah- dalam Kitab Sunannya meriwayatkan dari shahabat Tsauban –radhiyallahu ’anhu- ia berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam:
“Hampir saja tiba (masanya) umat-umat akan mengeroyok kalian sebagaimana orang-orang yang lapar mengeroyok makanan di meja makan.”
Keadaan inilah yang diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam empat belas abad yang lalu, yaitu jumlah kaum muslimin yang besar tetapi lemah, sebagaimana lemahnya bebuihan di lautan lepas, terombang-ambing tiada arah, tujuan, dan pegangan. Dipermainkan oleh angin dan ombak besar. Dipecah kecil-kecil dan kemudian selanjutnya dihempaskan ke permukaan karang yang keras dan tandus. Demikianlah secara logika bila digambarkan nasib bebuihan di lautan; lemah dan tertindas. Sekalipun jumlahnya sangat banyak.
Lepas dari data-data statistik di atas, yang jelas jumlah kaum muslimin yang mencapai 1,5 M dunia secara kualitas masih menyedihkan. Negeri-negeri kaum muslimin secara umum adalah populasi dengan jumlah penduduk miskin yang tinggi; seperti nasib umat Islam di Afrika (Ethopia, Nigeria, Somalia), Asia (Pakistan, Bangladesh, India, termasuk Indonesia). Padahal Negeri-negeri kaum muslimin tersebut secara umum memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Bahkan tingkat kebodohan di dunia Islam masih tinggi.
Secara politik jumlah yang besar tersebut pun tidak membuat umat Islam menjadi negara adi daya di dunia. Meskipun sudah merdeka secara formal, namun sebagian besar Negeri-negeri kaum muslimin masih belum independen, masih dijajah, tertindas dan tunduk kepada kepentingan Negara-negara Imperialis (Barat). Sebagian besar penguasa Negeri-negeri kaum muslimin adalah penguasa dictator yang represif dan mengabdi (kalau tidak dikatakan menjilat) kepada ’kepentingan’ Barat.
Maka tidaklah mengherankan meskipun jumlahnya besar, kaum muslimin tidak mampu membebaskan dirinya atau membebaskan saudara-saudaranya yang ditindas di pelbagai kawasan dunia Islam seperti Chechnya, Irak, Afghanistan, Pakistan, Thailand Selatan, Philipina Selatan, Turkistan Timur (Xianjiang), Bosnia, Palestina, bahkan di Indonesia sekalipun. Umat Islam belum bisa berbuat banyak menghentikan kekejaman Israel di jalur Ghaza yang membunuh ribuan umat Islam dalam beberapa minggu.
Padahal jika dihitung jumlah penduduk Israel hanya 8 juta jiwa. Bandingkan dengan jumlah (gabungan) kaum muslimin Iran (74 juta), Irak (30 juta), Suriah (20 juta), Saudi Arabia (25 juta), Yaman (23 juta ), Mesir (79 juta) saja populasi muslim hampir mencapai 251 juta. Belum lagi Indonesia yang diperkirakan mencapai (200 juta) jiwa umat Islam. Artinya kalaulah diambil 10 % saja menjadi tentara, berarti ada 25 juta tentara yang bisa digerakkan untuk membebaskan Palestina. Tapi itu sama sekali tidak terjadi. Karena tidak ada yang memobilisasi tentara yang demikian banyak itu.
Apa yang telah digambarkan oleh hadits Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam di atas sangatlah tepat. Seperti makanan yang dikerubungi oleh musuh-musuhnya yang buas. Padahal jumlah kaum muslimin sangat banyak. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam menggambarkan umat Islam bagaikan bebuihan di lautan, banyak tetapi lemah.
Siapa Yang Mesti Bertanggung Jawab?
Suatu hari pada pertengan bulan Syawal tahun 2 H, seorang wanita muslimah yang sedang berdagang di Pasar Qainuqa` diganggu oleh seorang pedagang Yahudi hingga tersingkap auratnya. Ketika wanita tersebut marah ia justru ditertawakan orang-orang Yahudi sepasar. Bersamaan dengan itu, seorang pemuda muslim yang melihat kejadian itu ikut marah, lalu ia menghardik si Yahudi yang usil tadi bahkan akhirnya ia membunuhnya. Orang-orang Yahudi di pasar tersebut murka dan ramai-ramai mengeroyok si pemuda serta membantainya.
Peristiwa tersebut menggemparkan Kota Madinah, dan sampai kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam. Beliau pun mengumpulkan para shahabat untuk meneliti sebab musabab terbunuhnya seorang muslim di Pasar Yahudi Qainuqa`. Setelah melalui penyelidikan yang cermat dan mendalam, akhirnya Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam menyimpulkan bahwa Yahudi Qainuqa` telah melanggar perjanjian antara mereka dengan kaum muslimin, dimana telah disepakati sejak kedatangan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam ke Madinah bahwasanya mereka dan kaum muslimin tidak boleh saling mengganggu atau membantu pihak lain yang mengganggu.
Selanjutnya, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam memakai baju perangnya memimpin kaum muslimin untuk memerangi Yahudi Qainuqa`. Selama 15 malam, wilayah Qainuqa` dikepung oleh kaum muslimin, ternyata mereka yang semula sombong dengan keberanian dan kegagahan, kini ketakutan dan tidak berani untuk melawan, sehingga akhirnya mereka menyerah dan diusir dari Madinah ke Khaibar tanpa pertumpahan darah. Sekali lagi Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam menunjukkan kebesaran jiwanya dalam menghadapi Yahudi Qainuqa`. Namun demikian, hukum tetap ditegakkan terhadap pengkhianat perjanjian dengan tidak mengizinkan Yahudi Qainuqa` tinggal di sekitar Madinah lagi. Inilah ketegasan Rasulullah terhadap pengkhianatan.
Dari fakta sejarah di atas, ada satu pelajaran penting tentang Izzul Islam wal Muslimin (Kemuliaan Islam dan Muslimin). Betapa Rasulullah tidak membiarkan gangguan fisik dalam bentuk apa pun terhadap kaum muslimin. Mengganggu seorang wanita muslimah berarti mengganggu seluruh kaum muslimin. Melecehkan kehormatan seorang wanita muslimah berarti melecehkan kehormatan Islam dan kaum muslimin.
Sekarang coba kita saksikan, ribuan muslimah dilecehkan, kehormatannya diinjak-injak, auratnya dipermalukan, suami-suami mereka dibunuh tanpa alasan yang haq, rumah-rumah mereka dibombardir, dirusak, dan karakter mereka dibunuh. Kita hanya bisa diam seribu bahasa, berpangku tangan tanpa tindakan, sekalipun hanya membela dengan lantunan doa. Malah sebagian besar kaum muslimin sibuk membahas politik, ekonomi, kesejahteraan diri dan keluarga mereka. Adapun terhadap saudara-saudara mereka, tidak ada ’sedikitpun’ sikap pembelaan mereka, malah ’terkadang’ justru menjatuhkan. Bahkan ironisnya ketika ada seseorang ’yang dibunuh’ bukan karena mempertahankan diennya (ke-Islamannya), mereka bela mati-matian, dibentuk team pencari fakta, dan ditumpas sampai ke akar-akarnya. Namun, terbunuh karena mempertahankan agamanya, mereka tuduh sebagai teroris, penjahat, serta tuduhan keji lainnya. Kini sudah saatnya, thoifah manshuroh dimunculkan. Genderang perang salib baru telah ditabuh dan diumumkan secara blak-belakan oleh orang-orang kuffar. Saatnya kaum muslimin merapatkan barisan mereka, untuk mengambil bagian mereka dari ’kancah pertanggungjawaban’ mereka di hadapan kaum muslimin terlebih kelak di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu A’lamu bish Shawab. (Azhar). (An Najah, Sabtu 9 Ags 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar