sampaikanlah walau satu ayat

Senin, 11 Oktober 2010

Rahasia Hidayah

dakwatuna.com – Hidayah artinya petunjuk. Dan Allah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk, Allah berfirman di pembukaan surah Al Baqarah: dzaalikal kitaabu laa raiba fiih, hudal lilmuttaqiin ( inilah al kitab – Al Qur’an- yang tiada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa). Dari ayat ini kita paham bahwa untuk mendapatkan hidayah Al Qur’an secara utuh, syaratnya harus bertaqwa. Bahwa banyak orang yang mengaku beriman kepada Al Qur’an, tetapi belum mendapatkan hidayahnya. Bahwa tidak semua orang Islam patuh kepada tuntunan Al Qur’an. Perhatikan berapa banyak dari umat ini yang melanggar dengan sengaja apa yang diharamkan dalam Al Qur’an. Berapa banyak yang dengan tanpa merasa berdosa, mereka berani membuka aurat, berzina, korupsi, makan harta riba, padahal mereka secara ritual menegakkan shalat, pergi haji, dan melaksanakan puasa Ramadhan.

Lebih jauh, banyak dari para anak yang berani kepada orang tuanya, menyakiti hati ibunya, padahal tuntunan mencintai orang tua dan mengabdi kepada mereka, adalah tuntunan yang sudah lama Allah turunkan. Semua nabi yang Allah utus diperintahkan untuk menyampaikan hal tersebut. Al Qur’an sangat jelas menceritakan syariah ini. Tidak ada keraguan di dalamnya bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua adalah sebuah keniscayaan. Tetapi sayang syariah ini telah banyak diabaikan. Berapa banyak orang tua yang terlantar atau sengaja ditelantarkan dengan alasan mengejar harta. Kesibukan telah membuat para anak mencari alasan untuk menghindar dari kewajiban membantu orang tua. Lebih parah, bahwa seringkali orang tua disakiti hatinya, ditunggu harta warisannya, dan dipercepat kematiannya. Padahal para anak itu secara ritual rajin shalat dan rajin melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Di manakah hidayah dalam hatinya.

Banyak juga dari orang tua yang hanya sibuk mendidik anak-anak mereka untuk urusan mencari makan. Sementara untuk urusan agamanya diabaikan. Akibatnya banyak anak muda yang kini berhasil secara duniawi, sementara mereka secara akhirat, sangat minim bekalnya. Mereka tidak tahu cara mengisi waktunya. Shalat ditegakkan secara formalitas, sementara di saat yang sama mereka bergaul bebas, dengan tanpa merasa berdosa. Tidak sedikit dari mereka yang terbiasa berzina. Dan itu dianggap sah-sah saja. Pun sudah banyak buktinya dari mereka yang hamil dan punya anak di luar nikah. Para orang tua mereka di saat yang sama orang-orang yang taat beribadah. Dalam kondisi seperti ini, kita bertanya, di manakah peran hidayah Al Qur’an yang mereka yakini? Apa arti pengakuan beriman kepada Al Qur’an, bila ternyata secara terang-terangan ajaran Al Qur’an di abaikan? Apakah cukup hidayah Al Qur’an, diartikan sebatas kepatuhan ritual saja, sementara secara moral sangat bejat?

Bila dilacak lebih jauh, ternyata banyak dari para koruptor, adalah orang-orang yang mengaku beriman kepada Al Qur’an. Demikian juga tidak sedikit dari para pelacur yang memakai jilbab dan mengaku sebagai seorang muslim. Ketika ditegur, mereka menjawab: inilah jalan yang bisa dilakukan untuk hidup. Bukan hanya itu, sogok-menyogok juga dianggap jalan halal untuk mendapatkan penghasilan. Lebih parah lagi, perampokan, pencurian, melakukan sistem riba dan lain sebagainya, sengaja mereka lakukan demi untuk mendapatkan tambahan income. Dan ini semua dianggap lumrah dan boleh-boleh saja. Padahal di dalam Al Qur’an dan As sunnah itu semua jelas diharamkan.

Bandingkan dengan kondisi para sahabat ketika mereka mengambil hidayah ini. Seketika mereka langsung mengambilnya secara utuh. Mereka menerima Al Qur’an secara maksimal, tidak main tebang pilih. Ketika datang perintah shalat mereka langsung menegakkannya secara maksimal. Ketika turun larangan minum khamer, mereka seketika segera meninggalkannya. Sampai dikatakan bahwa pada saat itu kota Madinah banjir khamer. Karenanya mereka berkah, sebagaimana berkahnya Al Qur’an. Mengapa? Karena mereka benar-benar mengambil Al Qur’an secara lengkap, tidak sebagian-sebagian. Dari sini jelas bahwa tidak akan berkah suatu umat yang hanya mengambil Al Qur’an sepenggal-sepenggal. Perhatikan apa yang telah dicapai para sahabat, sebagai bukti keberkahan. Mereka telah berhasil membangun peradaban yang indah dan menyelamatkan kemanusiaan, belum pernah sebelum atau sesudahnya ada kaum yang bisa membangun peradaban yang sama. Padahal jumlah mereka sangat sedikit, dibanding dengan jumlah umat Islam saat ini.

Kini kita sangat butuh cara mengambil hidayah Allah seperti apa yang telah diperbuat oleh para sahabat. Hidayah yang mengantarkan agar manusia benar-benar kenal siapa Tuhan mereka. Hidayah agar orang-orang beriman tidak menjadi umat yang pasif, melainkan umat yang bergerak dengan penuh keseimbangan (tawazun): seimbang antara ritual dan sosial, pun seimbang antara dunia dan akhirat. Hidayah agar umat ini benar-benar mengambil ajaran Allah secara utuh dan maksimal bukan sepenggal-sepenggal. Sungguh rahasia keberkahan umat ini adalah ketika mereka mengambil hidayah Allah secara komprehensif. Inilah langkah yang harus kita buktikan. Wallahu a’lam bish shawab. (dakwatuna,

Untuk Apa Gereja Didirikan?

“Indonesia merupakan ladang yang sedang menguning, yang besar tuaiannya,” demikian tujuan misi Kristen. Baca CAP Adian ke-295!

Oleh: Dr. Adian Husaini*

KASUS penyegelan rumah milik jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Ciketing Bekasi, Jawa Barat, akhirnya berbuntut panjang. Jemaat HKBP tidak terima dengan keputusan pemerintah dan melakukan berbagai aksi demonstratif, yang akhirnya berujung pada insiden bentrokan jemaat HKBP dengan warga Muslim Bekasi. Sebagian kalangan kemudian mengangkat dan membesar-besarkan kasus ini sampai ke dunia internasional, sehingga memberikan citra negatif terhadap Indonesia.

Citra buruk yang tampaknya ingin dibentuk adalah bahwa seolah-olah negeri Muslim terbesar di dunia ini merupakan satu bangsa yang tidak beradab yang tidak menghargai kebebasan beragama; seolah-olah, kaum Kristen di Indonesia merupakan kaum yang tertindas. Sejumlah aktivis Kristen di Indonesia tergolong rajin memanfaatkan momentum kasus-kasus konflik soal pendirian gereja, menjadi komoditi yang berharga untuk membentuk citra buruk bangsa Indonesia, khususnya kaum Muslim.

Ujung-ujungnya, muncul tekanan dari berbagai Negara atau kelompok di luar negeri, agar Indonesia memberikan ruang kebebasan beragama yang lebih besar kepada golongan minoritas Kristen. Pada 12 Februari 2010 lalu, Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) mengeluarkan data, yang menurut mereka, dalam tahun 2007 ada 100 buah gereja yang diganggu atau dipaksa untuk ditutup. Tahun 2008, ada 40 buah gereja yang mendapat gangguan. Tahun 2009 sampai Januari 2010, ada 19 buah gereja yang diganggu atau dibakar di Bekasi, Depok, Parung, Purwakarta, Cianjur, Tangerang, Jakarta, Temanggung, dan Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas (Sumatera Utara).

Menurut data FFKJ tersebut, selama masa pemerintahan Presiden Sukarno (1945 - 1966) hanya ada 2 buah gereja yang dibakar. Pada era pemerintahan Presiden Suharto (1966 - 1998) ada 456 gereja yang dirusak atau dibakar. Pada periode 1965-1974, kata FKKJ, "hanya" 46 buah gereja yang dirusak atau dibakar. Sedangkan dari tahun 1975 atau masa setelah diberlakukannya SKB 2 Menteri tahun 1969 hingga saat lengsernya Suharto tahun 1998, angka gereja yang dirusak atau dibakar sebanyak 410 buah.

Jadi, menurut catatan FKKJ hingga awal tahun 2010, telah ada hampir sekitar 1200 buah gereja yang dirusak dan ditutup. “Jadi kita menemukan angka perusakan gereja untuk masa reformasi paska Suharto sebanyak 740 buah,” tulis siaran pers FKKJ yang ditandatangani oleh Theophilus Bela dan Gustav Dupe.

Mungkin banyak pihak yang tercengang melihat besarnya angka perusakan gereja di Indonesia. Sangat fantastis. Sayangnya, pihak FKKJ tidak menyajikan analisis yang komprehensif tentang data tersebut. Benarkah yang dirusak itu memang gereja? Mengapa hal itu terjadi? Umat Islam bisa saja membuat data, berapa ribu masjid dan mushola yang dirusak dan digusur oleh developer Kristen! Juga, mestinya ada analisis, mengapa sudah begitu banyak gereja yang dirusak, tetapi pertumbuhan gereja di Indonesia juga sangat fantastis?

Analisis yang komprehensif sangat diperlukan jika kita ingin menyelesaikan masalah secara mendasar, bukan sekedar memanfaatkan kasus-kasus untuk tujuan tertentu. Apalagi, dalam siaran pers FKKJ itu juga disebutkan, seolah-olah biang keladi semua itu adalah adanya SKB dua menteri tahun 1969 yang mengatur pendirian rumah ibadah. Pihak Kristen. Khususnya kelomok-kelompok evangelis, tidak mau terbuka, bahwa sebenarnya pendirian Gereja bukanlah sekedar persoalan tempat ibadah belaka, tetapi terkait dengan misi mereka untuk mengkristenkan Indonesia. Keterbukaan dan dialog ini sangat penting, sebab kedudukan dan fungsi Gereja bagi kaum Kristen berbeda dengan kedudukan dan fungsi masjid bagi umat Islam.

Kaum Muslim mendirikan masjid karena dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Aturan-aturan tentang kemasjidan sangat jelas dalam Kitab Suci umat Islam dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Bagi kaum Muslim, Masjid digunakan shalat lima waktu dalam sehari. Kaum Muslim juga bisa shalat di masjid mana saja, selama bukan masjid aliran sesat. Sementara kaum Kristen tidak bisa sembahyang di Gereja sekte apa saja, karena beda tata cara ritual. Perbedaan-perbedaan semacam itu seyogyanya dipahami, agar dapat dicarikan solusi yang komprehensif.

Misi Gereja

Apa sebenarnya misi dan tujuan suatu gereja didirikan?

Tahun 1964, tokoh Kristen Batak, Dr. Walter Bonar Sidjabat, menerbitkan buku berjudul Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1964). Melalui bukunya ini, Dr. Sidjabat menegaskan misi sejati kehadiran Kristen dan Gereja-gereja mereka di seluruh pelosok Indonesia.

Dalam pengantar bukunya, ia menulis:

“Kita terpanggil untuk mengikrarkan iman kita di daerah-daerah berpenduduk berambut keriting, berombak-ombak dan lurus-lurus, di tengah penduduk berkulit coklat, coklat tua, kuning langsat dan sebagainya. Guna penuaian panggilan inilah gereja-gereja kita berserak-serak di seluruh penjuru Nusantara agar rakyat yang “bhineka tunggal ika”, yang terdiri dari penganut berbagai agama dan ideologi dapat mengenal dan mengikuti Yesus Kristus.” (Kutipan-kutipan dari buku Dr. Sidjabat dalam artikel ini telah disesuaikan dengan EYD).

Mengikuti pemikiran tokoh Kristen Batak ini, bisa dipahami bahwa kehadiran sebuah gereja bagi kaum Kristen bukanlah sekedar persoalan “kebebasan beribadah” atau “kebebasan beragama”. Banyak kalangan Muslim dan mungkin juga kaum Kristen sendiri yang tidak paham akan eksistensi sebuah gereja. Bahwa, menurut kaum Kristen, pendirian sebuah gereja bukan sekedar pendirian sebuah tempat ibadah, tetapi juga bagian dari sebuah pekerjaan Misi Kristen; agar masyarakat di sekitarnya “mengenal dan mengikuti Yesus Kristus”.

Dikatakan dalam buku ini: “Di atas Gereja terletak tugas pekabaran Injil. Pekabaran Injil adalah dinamis. Secara dinamis Gereja bertanggung jawab akan pekabaran Injil ke dalam, kepada orang-orang yang telah menjadi anggota-anggota tubuh Kristus (“ecclesia”) dan keluar, kepada orang-orang yang sedang menunggu, mengabaikan, menolak atau tidak acuh terhadap Yesus sebagai Juruselamat mereka.” (hal. 41).

Sementara itu, bagi kaum Muslim yang sadar akan keislamannya, persoalan misi Kristen, bukanlah masalah sepele. Orang yang berganti agama, keluar dari agama Islam, dalam pandangan Islam disebut orang yang murtad dan kafir. Amal perbuatan mereka tidak diterima oleh Allah. (QS 2:217, 24:39). Al-Quran juga menegaskan, bahwa Allah SWT sangat murka jika dikatakan Dia mempunyai anak. (QS 19:88-91). Dan orang-orang yang menyatakan bahwa Allah adalah salah satu dari tiga oknum, maka orang itu disebut telah kafir (QS 5:72-75).

Dalam menjalankan misi mereka di dunia Islam, kaum Kristen sadar benar akan tantangan berat yang datang dari umat Islam. Sebab, memang, Islam adalah satu-satunya agama yang Kitab Sucinya (al-Quran) memberikan koreksi secara mendasar terhadap dasar-dasar teologi Kristen. (QS 4:157). Karena itulah, dalam bukunya, Dr. Sidjabat secara khusus, menguraikan sejarah perkembangan Islam di Indonesia, yang dinilainya merupakan tantangan berat bagi perkembangan misi Kristen di Indonesia. Sidjabat mengimbau Kaum Kristen di Indonesia tidak surut langkah dalam menjalankan misi mereka. Bahkan, kalau perlu melakukan konfrontasi. Maka, simaklah pesan-pesan penting Sidjabat kepada kaum Kristen Indonesia berikut ini:

“Saudara-saudara, kenyataan-kenyataan jang saya telah paparkan ini telah menunjukkan adanya suatu tantangan jang hebat sekali untuk ummat Kristen. Sudah pasti bahwa yang dapat saya rumuskan pada lembaran-lembaran ini hanya sebagian kecil dari realita Islam di Indonesia. Dalam hubungan ini saya hendak menunjukkan kepada ummat Kristen bahwa sekarang ini jumlah yang menunggu-nunggu Injil Kristus Yesus jauh lebih banyak daripada jumlah jang dihadapi oleh Rasul-rasul pada abad pertama tarich Masehi. Dan perlu diketengahkan bahwa jumlah tadi tidaklah hanya “jumlah” bilangan saja, tetapi manusia-manusia yang hidup, yang ingin mengetahui nilainya dan yang haus akan pengetahuan tentang haluan hidupnya, kemana ummat Islam Indonesia juga tergolong.

Di Indonesia ini, hal yang saya utarakan itu dapat dengan terang dilihat dan dihayati. Menurut pertimbangan secara insani, penduduk Indonesia masih terus lagi akan merupakan penduduk yang sebagian besar beragama Islam, sekalipun banyak yang sudah beralih kepada agama atau aliran lain, antara lain: agama Buddha, Komunisme, aliran kebatinan yang lepas dari Islam, ateisme dan lain-lain. Pekabaran Indjil di Indonesia, kalau demikian, masih akan terus menghadapi “challenge” Islam di negara gugusan ini...

Seluruhnya ini menunjukkan bahwa pertemuan Injil dengan Islam dalam bidang-cakup yang lebih luas sudah “dimulai”. Saya bilang “dimulai”, bukan dengan melupakan Pekabaran Injil kepada ummat Islam sejak abad jang ketudjuh, melainkan karena kalau kita perhatikan dengan seksama maka “konfrontasi” Injil dan agama-agama di dunia ini dalam bidang-cakup yang seluas-luasnya, dan dalam hal ini dengan Islam, barulah “dimulai” dewasa ini secara mendalam. Dan bagi orang-orang yang berkeyakinan atas kuasa Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roch Kudus, setiap konfrontasi seperti ini akan selalu dipandangnya sebagai undangan untuk turut mengerahkan jiwa dan raga memenuhi tugas demi kemuliaan Allah.”

*****


Membaca pemikiran tokoh Kristen Batak seperti ini, kaum Muslim Indonesia tentu memahami, bahwa sejak awal mula misi dijalankan, Gereja sudah menyiapkan diri untuk melakukan konfrontasi, khususnya dengan umat Islam. Bahkan, konfrontasi itu harus dilakukan dengan mengerahkan jiwa dan raga demi kemuliaan Tuhan.

Dalam konteks semacam inilah, barangkali kita bisa memahami, mengapa kaum Kristen senantiasa menolak berbagai peraturan yang mengatur tatacara pendirian rumah ibadah dan penyebaran agama, meskipun peraturan itu juga menjerat kaum Muslim di daerah-daerah minoritas Muslim.

Dalam konteks inilah kita juga memahami militansi sikap jemaat HKBP Ciketing Bekasi. Juga, kita paham, mengapa kaum Kristen Indonesia – dari berbagai sekte dan agama – seperti bersatu dalam menyikapi kasus HKBP Ciketing dan berusaha menyeret kasus ini ke isu “kebebasan beragama” dan “pluralisme”. Meskipun Gereja-gereja terus tumbuh bak cendawan di musim hujan, senantiasa dicitrakan, kaum Kristen adalah umat tertindas dan tidak punya kebebasan beragama di negeri Muslim terbesar ini.

Justru, yang sulit kita pahami adalah orang-orang yang mengaku beragama Islam tetapi – sadar atau tidak – telah menempatkan dirinya menjadi “jubir” Gereja Kristen Batak, dengan imbalan meraih gelar kehormatan “Tokoh Pluralis” dan sejenisnya.

Padahal, ambisi kalangan Kristen untuk mengkristenkan Indonesia belum pernah berakhir. Pada Catatan Akhir Pekan ke-281, kita membahas ambisi dari sekelompok kaum Kristen evangelis yang memasang target tahun 2020 sebagai masa “panen raya”. Sebuah buku berjudul Transformasi Indonesia: Pemikiran dan Proses Perubahan yang Dikaitkan dengan Kesatuan Tubuh Kristus (Jakarta: Metanoia, 2003), menggambarkan ambisi dan harapan besar kaum misionaris Kristen di Indonesia tersebut. Ditegaskan dalam buku tersebut:

”Indonesia merupakan sebuah ladang yang sedang menguning, yang besar tuaiannya! Ya, Indonesia siap mengalami transformasi yang besar. Hal ini bukan suatu kerinduan yang hampa, namun suatu pernyataan iman terhadap janji firman Tuhan. Ini juga bukan impian di siang bolong, tetapi suatu ekspresi keyakinan akan kasih dan kuasa Tuhan. Dengan memeriksa firman Tuhan, kita akan sampai kepada kesimpulan bahwa Indonesia memiliki prakondisi yang sangat cocok bagi tuaian besar yang Ia rencanakan.”

Inilah tekad kaum misionaris Kristen untuk mengkristenkan Indonesia. Segala daya upaya mereka kerahkan. Gereja-gereja terus dibangun di mana-mana untuk memuluskan misi mereka. Gereja-gereja dan gerakan misi terus bergerak untuk meraih tujuan, yang ditegaskan pada sampul belakang buku ini: ”supaya semua gereja yang ada di Indonesia dapat bersatu sehingga Indonesia dapat mengalami transformasi dan dimenangkan bagi Kristus.”

Menghadapi serbuan kaum misionaris tersebut, seharusnya kaum Muslim tidak perlu berkecil hati. Sudah saatnya umat Islam tidak bersikap menunggu dan defensif. Mungkin sudah tiba masanya, organisasi-organisasi Islam mencetak dai-dai yang tangguh, cerdas, berani, santun, dan ramah, untuk menyadarkan para pendeta Kristen dan tokoh-tokohnya, bahwa mereka sedang memeluk keyakinan yang salah (sesat/adh-dhalliin). Ajaklah mereka untuk menyembah Allah semata-mata, tidak menserikatkan Allah dengan yang lain, dan mengakui kenabian Muhammad saw. Jangan menyatakan Allah punya anak.

Jika mereka menolak, katakanlah, kami orang-orang Muslim; kita hormati keyakinan mereka, meskipun kita tidak membenarkannya. Sebab, tugas umat Muhammad saw hanyalah menyampaikan kebenaran, bukan memaksakan. Di akhirat nanti, akan terbukti, siapa yang benar dan siapa yang salah. Sebagai Muslim, kita yakin, bahwa kita benar! [adian husaini/hidayatullah.com/depok, September 2010]

Minggu, 10 Oktober 2010

Fakta Terbaru Jihad Aceh : Menghalau Fitnah & Tuduhan Terhadap Sofiyan Atsaury




JAKARTA (Arrahmah.com) - Ini fakta terbaru jihad Aceh. Melalui sebuah blog yang direkomendasikan oleh sumber arrahmah.com dari ikhwan-ikhwan yang ditawan di Polda Metro Jaya, Sofiyan Atsaury mengeluarkan bantahan atas semua tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya. Lalu, kemana kasus ini akan bergulir selanjutnya ?


Muhammad Sofiyan Atsaury, Polisi Yang Berjihad ?

Siapakah sebenarnya Sofiyan Atsaury ? Dalam situs berlabel Tuhid wal Jihad yang baru saja muncul tersebut dikemukakan lengkap profil Sofiyan Atsaury. Sofiyan teryata dilahirkan di Puskesmas Asrama Brimob, Kelapa Dua, Depok.

"...karena bapak adalah polisi saya dibesarkan bukan dari keluarga yang fokus terhadap pendidikan islam atau keluarga yang menanamkan nilai nilai islam sejak dini sehingga kami mengenal islam hanya ketika aktif di rohis keislaman di SLTA di bilangan Jakarta - Pusat."

Sofiyan kemudian mulai mengenal gerakan dakwah, dan mengawali di Al Ikhwanul Muslimin, sebagaimana yang disangka kuat olehnya, sebagaimana penuturannya :

"...Dari buku - buku ini saya yakin ini adalah "AL IKHWANUL MUSLIMIN" tapi kita tidak pernah dikasih tahu oleh mentor kita (murobbi) jama'ah apa kita dan ciri dari pergerakan adalah sami'na wa atho'na, itu saja."

Mengapa Sofiyan masuk ke Kepolisian ? Menurutnya, dia ikut mendaftarkan diri ke Kepolisian karena desakan orang tua, yakni di tahun 1997. Selain itu, kakaknya, Agus Widodo sudah terlebih dahulu mengikuti pendidikan kepolisian di Lido, maka diapun mendapftar juga di polda metro jaya di Jakarta, tempat dimana dia saat ini ditahan.

Sofiyan mulai meninggalkan jama'ah lamanya yang berubah menjadi sebuah partai, yakni Partai Keadilan. Sofiyan mulai tidak cocok, meskipun dia tidak punya kapasitas memprotes kecuali diam, dengar dan taat. Apalagi dirinya berada di kepolisian.

Selepas dari Aceh, Sofiyan mendengar kejadian bom Bali dan dirinya merasa takjub, dan perubahan pun terjadi pada dirinya.

"...hebat benar orang-orang ini" dan apa motifasi dari orang ini, jelas ini sangat menarik bagi saya." Begitu penuturannya. Sofiyan pun mulai berubah dan mulailah dia melakukan protes sedikit-sedikit kepada Murobby (mentor atau ustadz) dengan sikap ikhwah-ikhwah di parlemen ini tidak benar, tidak islami dan tidak syar'i.

Akhirnya Sofiyan mulai mengkaji kembali Islam di jama'ah yang baru, yakni jama'ah Ustadz Aman. Hanya saja, keberadaan Sofiyan dengan latar belakang polisi membuatnya dicurigai. Sofiyan menuturkan :

"...Tapi ternyata teman-teman ust Aman juga mencurigai saya hingga persoalan ini tidak selesai sampai sekarang. Dan bagi saya ini menjadi duri ketika di Jantho Aceh, wallahu 'alam."

"Di jama'ah yang lama (Ikhwan) saya mulai dijauhi dan di ta'zir karena tak ngaji lagi dan mulai di anggap mempunyai fikroh sesat, di jama'ah yang kiranya mau menerima saya justru di anggap intel hanya gara-gara saya masih Thogut (waktu itu belum keluar) ."


Jawaban Atas Tuduhan Selama Ini

Masih di situs yang sama, Sofyan Atsaury membuat sebuah jawaban atas tuduhan kepada dirinya selama ini, dengan judul "Jawaban Atas Tuduhan". Di awal dia mengatakan bahwa suratnya itu dibuat dengan harapan ummat bisa melihat jernih dengan apa yang dituduhkan kepadanya yang menurutnya sebuah fitnah yang besar.

Sofiyan mengakui bahwa dirinya adalah mantan polisi, tetapi dia tidak terima kalau dirinya dituduh sebagai intel atau penyusup yang sengaja dibenamkan dalam jihad Aceh. Dia adalah polisi yang bertobat, sebagaimana penuturannya :

"...Adapun saya adalah mantan polisi adalah benar, sekali lagi mantan, saya sebetulnya adalah buah dari dakwah tauhid yang para da'i-da'i yang ikhlas serukan dan kibarkan. Saya rasa saya tidak perlu malu menyandang istilah mantan adalah fi'il madi yaitu kata kerja lampau, asal jangan saja mantan baik, dan mantan orang baik, tapi sekarang tidak baik..."

"...Saya adalah orang yang ingin bertaubat dan minta diberikan kesempatan bertaubat memperbaiki diri saya dengan amalan-amalan yang seperti dicontohkan generasi terbaik umat ini yaitu sahabat, "Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia..." (Ali Imran ayat 110), "Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat) kemudian orang-orang yang datang sesudah mereka (tabi'in) kemudian orang-orang sesudah mereka (tabiut tabi'in) (HR. Bukhari, tirmizi)à Di dalam kitab Al Umdah di halaman 24..."

Sofiyan juga menjelaskan mengapa dia akhirnya mau membuat tulisan untuk membantah semua tuduhan kepada dirinya.

"...Demi Allah, sebetulnya saya tidak terlalu peduli dengan opini dan berita yang menyudutkan saya, khusus kepada para mujahidin dan muwwahidin yang datangnya dari musuh-musuh kami, mereka berusaha membunuh karakter para pejuangNya, "Mereka hendak memadamkan cahaya (agama Allah) dengan mulut (ucapan-ucapan mereka) tetapi Allah tetap menyempurnakan cahayaNya meskipun orang-orang musyrik membenciNya".(Ash Shof ayat)

Sofiyan melanjutkan :

"...Saya terpaksa menulis karena desakan dari ustadz-ustadz di sijjin, malas dan capek mengomentari gonggongan dari luar dan memilih bersabar yang Insya Allah, Allah juga memberikan pahala bagi saya Insya Allah..."

Dalam penuturannya, Sofiyan menolak dikaitkan dengan JAT, JI, NII, ataupun MMI. Sofiyan lebih menganggap dirinya adalah Al Qaeda.

"...Dalam hal ini saya tidak ada urusan dengan JAT (jama,ah anshorut tauhit) JI (jama'ah islamiyah) NII (Negara islam indonesia) ataupun cabang-cabangnya, MMI (majelis Mujahidin Indonesia) atau apalah.... karena kami adalah AL-QOIDA, jadi saya jangan dikait-kaitkan dengan jama'ah yang bergerak dalam dakwah ini...."

Menariknya, Sofiyan juga menyertakan kronologis latihan Di Mako Brimob. Peristiwa latihan di Mako Brimob yang dilakukan Sofiyan inilah yang menjadi salah satu dari sekian pertanyaan besar yang akhirnya menyudutkan dirinya sebagai intel atau penyusup.

"...Adapun tentang kami latihan di kelapa dua mako Brimob adalah benar adanya, sebetulnya yang membuka atau membocorkan pertama kali latihan di Kelapa adalah akhi Mus'ab atau martunis dari Bireun ketika menyerahkan diri di Langsa (semoga Allah mengampuninya) sekitar akhir Maret 2009, sebetulnya latihan menembak di Kelapa Dua sudah diwacanakan sebelum anak-anak Aceh ke Jakarta, waktu itu Bapak Sutrisno (sudah tertangkap karena menjual senjata api untuk Aceh kepada penulis) menawarkan bahwasanya kalau mau latihan menembak bisa tapi bayar, karena menurut pak Sutrisno banyak artis atau pengusaha atau perbakin biasa main di sana karena biayanya lebih murah ketimbang di Senayan..."

Masalah mulai timbul ketika Sofiyan bersinggungan dengan FPI Aceh. Sofiyan melatih relawan FPI Aceh yang sebelumnya hendak dikirim ke Gaza membantu saudara muslim Palestina. Munculah di sini nama Yusuf Qordhowi, Ketua FPI Aceh.

"...Muktar dan Tnk Jalal bercerita kepada saya bahwa anak-anak Aceh sangat geram karena telah ditipu oleh Yusuf Al Qordhowi (semoga Allah memburukkan wajahnya) karena tidak ada kebijakan FPI untuk mengirim relawan ke Gaza, adapun pelatihan dan pengiriman ke Gaza adalah inisiatif Yusuf Qordhowi untuk bisa menggalang dana sebanyak-banyaknya di Aceh (karena hampir di tiap kota seperti Samalanga, Bireun, Banda Aceh, Lhok Semawe, Pidie diadakan sunduq (kotak infaq) untuk palestina dengan menggalang dana). Saya melarang kepada anak-anak yang akan mengeroyok Yusuf Qordhowiàketerangan ini Tnk Muktar) akan menjelaskan..."

Sofiyan juga menceritakan bagaimana mereka akhirnya latihan menembak di "Sarang Macam" mako Brimob. Sofiyan juga menceritakan bagaimana dia akhirnya ditangkap di Cilengsi sewaktu ingin menemui istri dan anaknya.

"...Kami pun tiba di sana dan latihan menembak dengan masing-masing 10 peluru dan senapan panjang jenis styer 10 peluru, dan ternyata memang benar setelah kami di sana memang saya melihat banyak warga sipil yang ikut menembak bersama kami, lihat apakah saya melibatkan FPI yang ikut latihan menembak ini dalam kasus teroris Aceh baru-baru ini...? Kecuali 1 orang yang kwalitasnya mudah menyerahkan diri seperti Mus'ab. Dan silahkan cek kepada Bpk Sutrisno dia tinggal di Depok Jl. Laut Aru, Kel Bakti Jaya Kec. Sukmajaya-Depok, tapi sekarang saya bersama dia di sini menjadi tahanan teroris di Polda Metro Jaya..."

"...Saya tertangkap tanggal 6 maret 2010 tepatnya di pertigaan Jl Raya Narogong-Cilengsi Bekasi Jawa Barat. Tertangkapnya saya di Jakarta karena ketidak sabaran saya ingin bertemu dengan anak dan istri saya waktu itu...."

Siapa Sebenarnya Yusuf Qordhowi & Mengapa Arrahmah.com Ikut Tertuduh ?

Tulisan terakhir sebagai jawaban Sofiyan atas semua tuduhan pada dirinya berjudul "Membongkar Kedok Oknum FPI (Yusuf Qardhowi-Ketua FPI Aceh. Ketika Maling Teriak Maling, Lempar Fitnah Sembunyi Diri". Tulisan ini bisa dikatakan sebuah penjelasan Sofyan (walau diitulis oleh seseorang bernama Abdullah Al Bantani yang saat ini juga ditawan di Polda Metro Jaya) tentang siapa itu Yusuf Qordhowi, Ketua FPI Aceh. Selain itu, Sofiyan sempat menyebut beberapa media Islam, termasuk arrahmah.com ikut menyebarkan fitnah yang menurutnya sebagai isu busuk. Berikut kutipannya :

"...Wahai saudaraku, pada kesempatan ini kami menyoroti dalam peperangan bidang media sangat berkompeten sekali dalam penciptaan opini, menarik simpati bahkan lewat media bisa mencerai-beraikan kesatuan-kesatuan barisan musuh dll. Sebagaimana gencarnya thogut menyebarkan isu-isu busuk dalam menyerang mujahidin, khususnya yang ada di Indonesia mereka menyerang mujahidin Al-Qaeda serambi mekkah dengan menyebarkan fitnah bahwa keberadaan tanzhim Al-Qoida serambi mekkah hasil rekayasa Intelejen mereka yang bernama Sofyan Tsaury. Dengan tebaran isu busuk ini, tidak sedikit umat yang terprofokasi, bahkan ada sebagian dari mereka (umat) yang mudah diperalat, dengan tanpa merasa berdosa mereka ikut-ikutan menyebar fitnah ini, sebagaimana mereka beritakan, diantaranya dengan topik: "kronologis latihan militer tersangka mantan Brimob dan berita di Aceh" isu busuk ini di muat diArrahmah.com, voa-islam.com, suara islam.com dan yang lainya yang mana mereka mengatas namakan sebagai media islam.

Bagi arrahmah.com, tuduhan ini tentu tidak benar. Arrahmah.com tidak mungkin ikut-ikutan menyebarkan isu busuk apalagi untuk menyerang mujahidin. Nau'dzu billah min dzalik! Sebagai sebuah media Islam yang khusus memberitakan berita dunia Islam dan jihad serta mujahidin seluruh dunia, maka arrahmah.com akan selalu mendukung jihad, mujahidin, serta selalu memberikan loyalitasnya kepada mereka.

Arrahmah.com sebagai media Islam juga selalu berusaha konsisten dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam dalam pemberitaan, seperti prinsip tabayyun (cek dan richek) serta berita berimbang dari dua belah fihak jika memang diantara mereka terdapat masalah.

Arrahmah.com menyadari memang tidak mudah untuk selalu konsisten menyampaikan kebenaran. Kadangkala sikap konsisten arrahmah.com disalahartikan bahkan mendapat berbagai macam tuduhan. Namun, semua itu menjadi masukan dan memotivasi arrahmah.com ke depannya untuk lebih baik lagi dalam membela ummat, khususnya mujahidin. Insya Allah!

Sebagai klarifikasi, berita yang dimuat oleh arrahmah.com pada hari Jum'at (27/8) berjudul "Kronologis Latihan Militer Tersangka Teroris di Mako Brimob dan Peristiwa Terorisasi di Aceh" adalah hasil investigasi yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (FPI), sebagaimana disampaikan anggota tim investigasi, Munarman SH dalam diskusi di FKSK oleh FUI.

Tentu saja, pemuatan berita ini tidak otomatis menjadi pandangan arrahmah.com dalam menyikapi masalah jihad Aceh, khususnya terkait tuduhan bahwa Sofiyan Atsaury adalah seorang penyusup atau intel. Arrahmah.com hanya mengutip berita dari Eramuslim.com yang ketika itu sudah memuat. Terbukti, ketika Sofiyan Atsaury diwawancarai oleh Tribunnews.com dan membantah semua tuduhan kepada dirinya, maka arrahmah.com pun segera memuat wawancara tersebut sebagai perimbangan berita. Termasuk yang paling terakhir adalah keinginan mubahalah dari kedua belah fihak. Semua ini adalah bukti sikap dan komitmen arrahmah.com untuk berlaku adil kepada ummat, khususnya mujahidin. Insya Allah!

Kembali kepada situs pengakuan Sofiyan Atsaury. Dalam situs tersebut dinyatakan bahwa Yusuf Qordhowi sebagai oknum FPI yang menjadi sumber tebaran isu dan fitnah. Berikut kutipannya :

"...Wahai saudaraku, janganlah terlalu mudah kalian diperalat, disisi lain kalian ikut-ikutan menuduh mujahidin diperalat. Jangan seperti kata pepatah Maling teriak Maling" disini kalian jadi maling. Pelajarilah dengan teliti dari mana sumber tebaran isu itu datang!! Bukankah sumber isu busuk itu dari oknum FPI, yang bernama Yusus qordowi, yang di bolow up dan disebarkan oleh Munarman. Taukah kalian siapa Yusuf Qordhowi itu...?."

Dalam tulisan tersebut juga dibeberkan siapa Yusuf Qordhowi, yaitu :

"...Yusuf Qordowi: Membolehkan pemakaian jimat-jimat (wafaq) kepada relawan yang akan di rekrutnya, sedangkan itu merupakan kesyirikan. Penggelapan dana yang akan dikumpulkan dari umat oleh Yusuf Qordowi. Diketahuinya Yusuf Qordowi sebagai agen BAIS (TNI angkatan darat) dengan mengajak kerja sama Sofyan Tsauri, namun Sofiyan menolaknya. Didapatnya informasi tentang Yusuf Qordowi sebagai COA (informen thogut) pada zaman GAM. Ikhwah Aceh merasa ditipu oleh Yusuf qordowi yang hanya memanfaatkan isu Palestina, untuk mengexploitasi umat untuk kepentingan pribadinya dan hanya sebagai jaring-jaring thogut pemuda-pemuda yang berpahaman radikal. Dan perseteruan itu terus memanas hingga ada ungkapan-ungkapan Yusuf Qordowi, untuk melaporkan Ikhwan-ikhwan Aceh kepada kepolisian."

Tulisan itu melanjutkan (untuk seluruh tulisan lengkap bisa diakses di alamat situs : http://tauhidnews.wordpress.com)

"...Setelah beberapa waktu di Jakarta, Ikhwan-ikhwan Aceh, tidak mendapatkan kepastian, kodarullah ALLAH ta'ala mempertemukan mereka dengan mujahidin lainnya, akhirnya digagas kembali menindak lanjuti jihad solidartas Palestina. Dengan diselenggarakan kembali i'dad di gunung jalin jantho Aceh besar dengan tdak melibatkan Yusuf qordowi pada bulan januari rabu 2010 berdatanganlah para relawan mujahidin dari berbagai daerah untuk beri'dad jihad fii sabilillah di gunung Jalin Jantho Aceh Besar. Namun kodarullah, berkat peran serta pelaporan Yusuf qordowi ke aparat kepolisian terbongkarlah kegiatan i'dad jihad di gunung jalin jantho Aceh besar, hal ini dibenarkan oleh salah seorang tim densus 88 polda Aceh berinisial CH yang bersimpati kepada mujahidin, dia membeberkan kepada kami bahwa mereka mendapat informasi pelatihan itu dari anggota BAIS (kostrad AD) yang bernama Yusuf Qordowi, wallahu a'lam bissowab..."


Mubahalah Atau Saling Memberi Bukti & Saksi

Kini, Sofiyan Tsaury sudah melayangkan ajakan kepada FPI, khususnya Yusuf Qordhawi untuk bermubahalah (6/10) menentukan siapakah yang sebenarnya intel atau penyusup. Ajakan inipun langsung disambut oleh FPI melalui kuasa hukumnya, Munarman, SH.

Tentu saja, tindakan mubahalah ini menjadi solusi terakhir dimana cara-cara syar'i yang lain gagal. Misalnya saja dengan memediasi kedua belah fihak yang saling menuduh untuk memberikan bukti-bukti dan saksi diantara mereka. Lalu dari sana bisa diputuskan, siapakah sebenarnya yang berkhianat! Karena dalam kaidah pengadilan Islam, bukti (al bayyinah) dibutuhkan atas orang-orang yang menuduh dan saksi (al yamien) diperlukan bagi orang-orang yang menyangkal atau mengingkari.

Untuk ummat Islam, semua ini hendaknya menjadi pelajaran berharga untuk langkah selanjutnya dalam memperjuangkan Izzul Islam wal Muslimin. Hendaknya mereka tetap bersatu dan menjaga ukhuwah diantara mereka dan tidak terpecah belah oleh bujuk rayu syetan sang pengganggu. Wallahu'alam bis showab!

(M Fachry/arrahmah.com)



Source: http://arrahmah.com/

Sumber-Sumber Dosa Manusia?

oleh Mashadi

Manusia modern dikelilingi dengan dosa. Hakikatnya manusia modern sama dengan manusia di zaman jahiliyah. Mereka melakukan dosa dan maksiat dengan sengaja dan sadar. Mereka tidak takut dengan perbuatan mereka lakukan itu. Berbuat dosa seperti menjadi pilihan hidup mereka.

Mereka berbuat dosa, karena itu menjadi kenikmatan hidup mereka. Berzina, minum minuman keras, memakan makanan haram, dan perbuatan keji lainnya, semuanya mereka nikmati. Karena kemaksiatan sesuai dengan nafsu mereka.

Sesungguhnya dosa dan maksiat itu bertingkat-tingkat, dan kerusakan dan hukumannya berbeda pula. Namun, akar dan asal-usul dosa itu ada dua hal, pertama, meninggalkan perintah Allah, dan kedua melanggar larangan Allah. Maka, hakikatnya orang-orang mukmin yang muttaqin, ialah mereka yang dengan ikhlas melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Inilah bentuk ketundukan, kepatuhan, dan berserah diri secara total kepada Allah Azza Wa Jalla.

Kemudian, dosa ini dibagi dalam empat kategori, yang masing-masing mempunyai pengaruh dalam kehidupan seseorang. Diantaranya :

Dosa mulkiyah, adalah perbuatan atau sifat makhluk yang mengadopsi sifat-sifat Allah. Seperti merasa suci, kultus, kesombongan, kesemena-menaan, merasa tinggi, kezaliman, menjajah, dan memperbudak manusia. Perbuatan ini masuk dalam katagori syirik (menyekutukan) Allah.

Karena, yang sering menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan syirik, merasa suci, berlaku sombong dengan kekuasaan dan harta yang dimilikinya. Para penguasa, pemimpin gerakan, jamaah, partai, bisa berlaku sombong, disebabkan kekuasaan yang dimilikinya. Bisa mengatur, menentukan, memerintah, dan bahkan bertindak sewenang-wenang, dan tidak ada lagi yang berani mengingatkannya.

Dirinya bisa berlaku sebagai orang suci, yang kemudian dikultuskan pengikutnya, atau menciptakan tata-cara yang membuat para pengikutnya melakukan kultus, dan pemimpin itu seolah-olah berubah menjadi seorang tuhan, yang kemudian dapat menentukan nasib seseorang. Seseorang menjadi bergantung hidupnya kepada mereka yang memiliki kuasa. Entah itu para penguasa, pemimpin gerakan, jamaah, partai dan organisasi, jika tidak ada lagi yang dapat mengingatkan bisa berubah menjadi ‘tuhan’.

Barangsiapa yang menjadi pelaku jenis dosa ini, mak ia telah merampas ketuhanan dan kerajaan (kedaulatan) Allah dan menjadi tandingan bagi-Nya. Ini adalah dosa yang paling besar disisi Allah dan amal perbuatan yang baik tidak gunanya.

Betapa banyak manusia yang sekarang telah berlaku dan berubah dirinya menjadi tuhan, karena hanya sedikit memiliki kekuasaan, kekayaan, dan kesempatan (waktu), dan kemudian mereka mengubah sifat-sifat dasar mereka, dan mereka berubah menjadi ‘tuhan-tuhan’ yang sejatinya tidak layak.

Dosa syaithoniyah adalah dosa di mana palakunya menyerupai perilaku dan sifat setan, seperti melampui batas, penipuan, dengki, memakan harta yang haram, makar, memerintahkan perbuatan maksiat kepada Allah, menghiasi kemaksiatan dengan kebaikan, melarang melakukan ketaatan kepada Allah, melakukan bid’ah, serta mendakwahkan bid’ah dan kesesatan. Ini dosa yang akan menjerumuskan para pelakuknya ke dalam neraka jahanam.

Betapa banyak manusia yang berwujud manusia, tetapi perbuatan mereka seperti setan, dan menjadi hamba setan. Perbuatannya selalu durhaka dan melawan kepada Allah. Tidak mau bertahkim (berhukunm) dengan hukum Allah, dan hanya mengikuti hwa nafsunya, yang akhirnya menjerumuskan diri mereka ke dalam kesesatan yang nyata. Tetapi, mereka masih berani mengatakan yang mereka kerjakan adalah kebajikan. Inilah orang-orang yang sudah menjadi pengikut setan.

Dosa bahimiyah adalah binatang, yang menampakkan pelakunya berbuat kejam dan biadab, seperti menumpahkan darah, melakukan peperangan, menindas kaum yang lemah, dan menghancurkan kehidupan mereka. Dengan tanpa merasa menyesal atas perbuatan mereka.

Manusia berubah menjadi binatang buas, hanya mengikuti syahwat perut dan seksual. Dari sini lahir perzinahan, pencurian, memakan harta yang haram, memakan harta anak yatim, bakhil, pelit, penakut, keluh-kesah, yang menyebabkan manusisa sudah tidak lagi memiliki landasan hidup yang benar.

Manusia telah terjatuh ke dalam bentuk baru, sebagai binatang. Karena menjadi bahimiyah, dan menjauhkan dari perintah dan larangan dari Allah Ta’ala. Wallahu’alam

http://www.eramuslim.com

HATI-HATILAH KALIAN DARI ULAMA SU’

Segala puji hanya untuk Allah yang memuliakan islam dengan pertolonganNya, dan menghinakan kesyirikan dengan dengan kekuasaan-Nya. Ialah yang mengurus segala urusan dan memberi tangguh bagi orang-orang kafir dengan rencana-Nya. Shalawat dan salam kepada nabi junjungan Muhammad sallallahu alaihiwasallam yang telah menerangi islam dengan qur’an dan pedangnya.

Sesungguhnya para ulama adalah seperti bintang dilangit. Lewat tangan merekalah manusia mendapat petunjuk. Merekalah yang menjelaskan kepada ummat ini jalan petunjuk dan keistiqomahan di atas pentunjuk tersebut. Dengan merekalah ummat paham tentang jalan kejelekan dan cara menjauhinya. Mereka ibarat hujan yang turun pada tanah gersang sehingga menumbuhkan berbagai tumbuhan yang bermanfaat.

Akan tetapi setelah menyebarnya berbagai fitnah dan merebaknya racun-racun mematikan pada ummat, muncullah para ulama’ su’ yang menjual dinnya untuk dunianya. Kadang mereka lebih fasih dan lebih mudah untuk diterima penjelasannya. Bahkan metodenyapun juga berfariasi sehingga ummat banyak yang tertarik terhadap mereka. Ketertarikan itulah yang kemudian menjadikan mereka komitmen terhadap para ulama’ su’ tersebut padahal mereka pada hakekatnya di atas kesesatan. Tentang mereka ini, Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

يَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ رِجَالٌ يَخْتَلُونَ الدُّنْيَا بِالدِّينِ يَلْبَسُونَ لِلنَّاسِ جُلُودَ الضَّأْنِ مِنْ اللِّينِ أَلْسِنَتُهُمْ أَحْلَى مِنْ السُّكَّرِ وَقُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الذِّئَابِ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَبِي يَغْتَرُّونَ أَمْ عَلَيَّ يَجْتَرِئُونَ فَبِي حَلَفْتُ لَأَبْعَثَنَّ عَلَى أُولَئِكَ مِنْهُمْ فِتْنَةً تَدَعُ الْحَلِيمَ مِنْهُمْ حَيْرَانًا

“Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang mencari dunia dengan agama. Di hadapan manusia mereka memakai baju dari bulu domba untuk memberi kesan kerendahan hati mereka, lisan mereka lebih manis dari gula namun hati mereka adalah hati serigala (sangat menyukai harta dan kedudukan). Alloh berfirman, “Apakah dengan-Ku (kasih dan kesempatan yang Kuberikan) kalian tertipu ataukah kalian berani kepada-Ku. Demi Diriku, Aku bersumpah. Aku akan mengirim bencana dari antara mereka sendiri yang menjadikan orang-orang santun menjadi kebingungan (apalagi selain mereka) sehingga mereka tidak mampu melepaskan diri darinya.” (HR: Tirmidzi)

Ulama su’ adalah peringkat ulama yang paling rendah, paling buruk dan paling merugi. Semua itu dikarenakan ia mengajak kepada kejahatan dan kesesatan. Ia menyuguhkan keburukan dalam bentuk kebaikan. Ia menggambarkan kebatilan dengan gambar sebuah kebenaran. Ada kalanya, karena menjilat para penguasa dan orang-orang dzalim lainnya untuk mendapatkan kedudukan, pangkat, pengaruh, penghargaan atau apa saja dari perhiasan dunia yang ada di tangan mereka. Atau ada juga yang melakukan itu karena sengaja menentang Alloh Subahanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya demi menciptakan kerusakan di muka bumi ini. Mereka tidak lain adalah para khalifah syetan dan para wakil Dajjal.

Apa perbedaannya ?
Sebenarnya tidaklah sulit untuk membedakan antara ulama’ yang jujur dengan ulama su’ para pengekor penguasa. Ulama’ yang baik, entah mereka berada di tempat yang terpencil, atau di dalam penjara taghut dan tempat-tempat yang lain, kalian akan melihat mereka senantiasa komitmen terhadap diin ini. Tapi sebaliknya, kalian melihat para ulama’ su’ selalu menjual kehidupan akhirat untuk mendapatkan sedikit dari kehidupan dunia. Mereka nentiasa berada di pintu-pintu penguasa taghut. Sebagaimana perkataan hudzaifah radhiyallahu ‘anhu :

إِذَا رَأَيْتُمُ الْعَالِمَ بِبَابِ الْسُلْطَانِ فَاتَّهَمُوْا دِيْنَهُ، فَإِنَّهُمْ لاَ يَأْخُذُوْنَ مِنْ دُنْيَاهُمْ شَيْئاً أَخَذُوا مِنْ دِيْنِهِمْ ضِعْفَهُ

Jika kalian melihat seorang ‘alim berada di pintu penguasa, maka tertuduhlah dinnya. Maka tidaklah mereka [para ulama’] mengambil sebagian dari dunia mereka [penguasa], kecuali pera penguasa tersebut akan mengambil dari din mereka [ ulama’] secara sebanding.

Bagaimana kita tidak bisa membedakan antara seorang ulama’ yang sudah terbukti pengorbananya berupa kesempitan dan menghabiskan waktunya untuk berdakwah di jalan Allah Ta’ala; dengan seorang ulama’ yang dipenuhi dengan kenikmatan dan belum pernah diuji dengan berbagai kesempitan ?. Sungguh jauh berbeda.
Bagaimana kita bisa tsiqqoh pada mereka padahal mereka belum merasakan penjara, belum merasakan ketakutan karena dikejar oleh orang-orang kafir, dan mereka belum mendapatkan beban-beban berat dalam perjungan ?. padahal kita belum pernah mendapatkan para pengusung dakwah ini hidup nikmat, bahkan jalan ini dipenuhi dengan bau darah para pengusungnya.

Apakah kita pura-pura bodoh dengan kondisi imam Ahmad yang kehidupannya dipenuhi dengan ujian dan bala’ ?. padahal beliau bisa mengambil ruhshah untuk mengikuti penguasa dengan mengatakan bahwa alqur’an adalah makhluq. Akan tetapi beliau lebih senang mendapat ujian karena itu akan meningkatkan derajat di hadapan Allah Ta’ala.

Marilah kita merenungkan perkataan Imam Ibnu Taimiyah ketika beliau sedang diuji. Agar menjadi jelas bagi kita jalan para ulama’ yang sholih :
مَا يَفْعَلُ أَعْدَائِي بِي؟ أَنَا سِجْنِي خَلْوَةً، وَنَفْيِي سِيَاحَةً، وَقَتْلِي شَهَادَةً
Apa yang diperbuat musuh kepadaku, jika aku dipenjara, itu sebagai kholwah bagiku, jika aku diusir, itu sebagai plesir bagiku. Dan jika aku dibunuh, itu sebagai sahid.

Lihatlah wahai ihwah tentang sayyid qutub ketika beliau dipaksa untuk mencabut perkataannya dan permusuhannya dengan taghut ketika itu !. beliau berkata :

إِنَّ إِصْبَعُ السَبَابَةِ الذِي يَشْهَدُ لِلَّهِ بِالْوَحْدَانِيَةِ فِي الصَّلاَةِ لَيُرَفَّضَ أَنْ يَكْتُبَ حَرْفاً يُقِرُّ فِيْهِ حُكْمَ طَاغِيَةٍ

Sesungguhnya jari tulunjuk yang bersaksi pada Allah dengan mentauhidkan-Nyadalam shalat, tidaka akan mau untuk menulis satu hurufpun yang mengakui hokum taghut.

Inilah jalan para ulama’ yang jujur. Inilah jalan jalannya para nabi dan para penegak diin ini. Tidak ada jalan lain, kecuali jalan orang-orang yang jauh dari tuntunan nabinya.

Sikap kita
Sikap yang harus kita ambil sebagi pejuang Islam adalah sebagaimana yang disampaikan syaikh Abu Mus’ab as Syuri dalam da’wah al muqoowamah al islamiyah al ‘alamiyah, secara ringkas :

Pertama : mendukung penuh terhadap para ualam’ dan pemimpin jihad yang membela kebenaran dan membela berbagai kepentingan ummat.

Kedua : Merangkul orang-orang yang takut dan ada kemungkinan menjadi pendukung perjuangan ini dengan cara yang hikmah. Disamping itu juga berusaha untuk meluruskan ummat yang bengkok selama kebengkokan itu tidaklah menjadi manhaj mereka.

Ketiga : Menjauhi para ulama’ penguasa yang telah terjangkiti sifat kemunafikan dan menjadi pengkhianat din ini dengan tegas. Tentunya harus dengan hujjah yang kuat dan penjelasan yang tak terbantahkan.

Kita berdo’a pada Allah Ta’ala untuk mentsabatkan kita, ulama’ ulama’ kita dan para pejuang islam ini dalam menapaki jalan ini. Walaupun berat dan penuh dengan aral dan duri, tapi kita yakin bahwa kemenangan pasti ditangan Islam. Allah tidak mungkin membiarkan hambanya yang mukhlis dalam kekalahan. [ Amru ]

http://annajahsolo.wordpress.com

Bersabarlah Atas Beban Dakwah
| email | print | share
oleh : Mashadi

Mengapa mereka menempel di baju penguasa? Mereka memuja-muji panguasa? Tidak ada lagi nahyu munkar yang mereka tegakkan. Mereka menjadi kelompok atau golongan yang menyanyikan : “Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang”.

Mereka memasuk
i semua relung kehidupan. Tidak ada lagi pembatas (hijab) atas diri mereka. Tidak ada lagi kata, ‘la’ (tidak), dan yang ada hanya ‘nikmati dan boleh’. Sehingga, kehidupan mereka bercampur dengan kebathilan.

Semua dalil mereka gunakan. Tujuannya hanya untuk membenarkan apa yang hendak mereka inginkan. Kata ‘ijtihad’ menjadi resep mujarab, dan semuanya mengangguk. Tidak ada
yang menyangkal. Semuanya mengamininya. Tanda setuju dengan segala ‘ijtihad’ yang mereka lakukan. Terkadang saking fanatiknya dengan ‘ijtihad’ yang disuguhkan itu, tentu yang berada dalam barisan kumpulan dan golongan itu, yang sudah tersihir dengan kehidupan dunia, tak bakal menerima pendapat dari yang lainnya.

Al-Qur’an dan As-Sunnah tak lagi menjadi ukuran dan pembeda. Barangkali Al-Qur’an dan As-Sunnah menjadi tak lagi penting bagi kehidupan mereka. Karena tuntutan sekarang berbeda. Harus ada rumus dan ijtihad baru yang lebih sesuai dengan kehidupan dan perkembangan zaman. Tidak harus kaku dan fanatik dengan prinsip-prinsip yang bersumber dari wahyu Ilahi. Semua prinsip dapat ditukar dan diganti, sesuai dengan perkembangan zaman. Semua prinsip dalam Al-Qur'an dan As-Sunah menjadi 'mutaghoyyirrot' (dapat berubah).

Rumus baru dalam kehidupan modern sekarang, tak lain, sebuah kepentingan. Prinsip-prinsip dapat diubah dan disesuaikan dengan kepentingan. Bila nilai-nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, bertabrakan dengan kepentingan yang lebih besar, harus dikalahkan nilai-nilai dan prinsip dari Al-Qur’an dan As-Sunnah itu. Tidak perlu takut. Tidak perlu kawatir. Karena yang dikejar adalah sebuah kepentingan yang lebih besar. Kekuasaan. Tidak bisa Al-Qur’an dan As-Sunnah itu dipaksakan. Apalagi dalam sebuah negara yang masyarakatnya majemuk (pluralis), maka harus ada rumus baru, khususnya dalam bermuamalah yang lebih terbuka alias inklusif. Sehingga, golongan diluar Islam dapat menerimanya.

Tidak mungkin menerapkan prinsip sabar. Sabar dalam mengamalkan isi Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena itu, terlalu lama dan panjang. Sedangkan umur ini sangatlah terbatas. Target-target dan capaian dunia harus diwujudkan. Diujung perjalanan ini harus ini harus ada, kisah tentang, ‘the success story’, yang akan menjadi ‘ther corner stone’ bagi generasi berikutnya. Kebanggaan sebagai sebuah maha karya, yang dituntaskan seumurnya.

Karena itu, langkah-langkah ekselarasi yang harus dilakukan, betapa itu terasa menjadi naif dan tidak logis. Semuanya harus berjalan, sesuai dengan skenario. Tidak penting banyak yang tidak setuju. Tetapi semuanya harus berjalan, dan yang penting segala target dan keinginan dapat terwujud. Inilah sebuah kenikmatan yang tanpa batas, saat mereka menikmati pujian dan sanjungan yang tak henti-henti dari para pengikutnya dan orang-orang yang terdekatnya.

Kilauan harta, kekuasaan, jabatan, kekuatan, wibawa, dan sanjungan, serta tabiat mereka yang ingin selalu dekat dengan penguasa itu, ternyata sudah menjadi karakter di awalnya.

Itulah mengapa Islam hari ini tidak memiliki izzah (kemuliaan) dihadapan manusia dan Allah Azza Wa Jalla. Karena para du’atnya diantaranya banyak yang tidak lagi komitment terhadap Allah, Rasul-Nya, dan Kitab-Nya. Mereka menjadi hamba-hamba dunia. Mereka menuhankan dan beribadah kepada yang memberi materi, jabatan, kekuasaan, dan bahkan ada diantara mereka yang menukar Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan harga yang murah. Mereka lupa dan melupakan atas arahan dan perintah-Nya.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah Thagut”, kemudian diantara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah ada pula yang tetap dalam kesesatan”. (QS : An-Nahl : 36)

Karakter seorang du’at, yang digambarkan oleh Al-Qur’an, hanyalah mengajak manusia untuk semata-mata menyembah kepada Allah, dan menjauhkan segala hal yang melampui batas dan dilarang oleh Allah (thogut), dan ini harus menjadi misi kehidupannya.

Tetapi, kenyataannya hari ini, sangatlah berbeda dengan seperti yang diinginkan oleh Allah Ta’ala, yang hakekatnya, ketika mengutus para Rasul, tak lain hanyalah untuk mengajak menyembah kepada Allah Azza Wa Jalla semata, bukan menyekutukan Allah dengan melakukan sesembahan terhadap ‘ilah-ilah’ lainnya. Pembalikan yang sekarang terjadi tak lain, karena mereka sudah kehilangan sikap tsabat (teguh), dan shabar terhadap keyakinan yang mereka miliki.

Shahabat Ali bin Abi Thalib RA, menyatakan sikap shabar itu, seperti pedang yang tidak pernah tumpul, dan seperti cahaya yang tidak pernah redup.

Dengan hilangnya sikap shabar para du’at yang hanya mengejar kehidupan dunia itu, maka mereka menjadi tumpul hati nuraninya, dan wajah mereka tidak lagi memancarkan cahaya iman, karena sudah terbalut dengan hitam pekatnya dunia.

وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

".. Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam pertempuran. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". (QS : Al-Baqarah : 177)

Allah Azza Wa Jalla menuntut para du'at untuk tetap bershabar dan membela dan menegakkan agama Allah, dan tidak kemudian menanggalkan keyakinan dan komitmentnya terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan lari dari komitmentnya terhadap Islam, hanya demi kenikmatan dunia. Wallahu’alam.(eramuslim/7-10-2010)

Jumat, 24 September 2010

TERNYATA MUSUH AMERIKA (HANYA) SEBUAH JAMAAH


Di Makkah Obama menghentak inspirasiku. Sudah lama saya mendengar silang sengkarut hubungan antara dua kata yakni Amerika dan Alqaeda. Persepsi spontan, kedua kata itu bermusuhan hebat. Amerika sangat memusuhi Alqaeda sebagaimana Alqaeda dengan gigih melawan Amerika. Keduanya sedang bertarung di panggung dunia. Semua orang menyaksikannya.

Saat santai di kamar 108 hotel Tiba Makkah sambil nonton televisi Aljazeera, tiba-tiba muncul sosok Obama sang presiden Amerika memberikan pernyataan di depan pers dunia. Tanggal menunjuk angka 10 September 2010, sehari sebelum peringatan sembilan tahun serangan 11 September 2001. Obama menekankan bahwa musuh Amerika adalah Tandhim Alqaeda, bukan agama Islam atau umat Islam.

Karena saya melihat tayangan dalam bahasa Arab, maka sebutan untuk Alqaeda adalah Tandhim, yang dalam bahasa Indonesia biasa digunakan istilah jaringan Alqaeda. Antara kata tandhim dengan jaringan ternyata memiliki konotasi makna yang berbeda. Tandhim bermakna organisasi yang rapi dengan struktur kepemimpinan yang solid sementara jaringan lebih berkonotasi longgar, sekedar saling tukar informasi. Penggunaan istilah tandhim untuk Alqaeda menggugah kesadaran saya, bahwa ternyata musuh Amerika, negara super power nomor wahid, musuhnya hanya sebuah tandhim. Dalam istilah lain, jamaah. Bukan negara atau superpower lain yang sejajar.

Pernyataan ini memang dilontarkan Obama untuk dua tujuan. Pertama, menyindir seruan pendeta Terry Jones yang menyeru untuk melakukan pembakaran Al-Qur'an pada hari peringatan 11 September, sebagai provokasi terhadap masyarakat Amerika agar membenci agama Islam atau umat Islam. Kedua, untuk mengaktualkan terus bahwa setelah sembilan tahun pasca Black September ternyata Alqaeda bukannya terdegradasi dari daftar musuh Amerika karena rapuh, tapi justru Obama tanpa canggung menegaskan bahwa Alqaeda makin eksis sebagai musuh Amerika, bahkan nomor wahid, dan dipandang kian berbahaya.

Siapakah Alqaeda? Sekali lagi, ia hanya sebuah tandhim atau organisasi atau jamaah. Alam bawah sadar saya tersentak, oh ternyata negara superpower tunggal dunia dengan segala cerita kehebatan teknologi tempurnya, musuhnya hanya sekumpulan manusia yang bersatu dalam ikatan jamaah minal muslimin bernama Alqaeda. Mereka seolah makhluq asing yang datang dari dunia lain. Sejenis 'manusia pra sejarah' yang hidup di goa-goa dan tidak pernah mau tunduk kepada Taghut dunia, dari bangsa manapun.

Musuh Amerika hanya sebuah organisasi (tandhim atau jamaah) bukan sebentuk negara yang juga super power dengan senjata canggih dan jumlah tentara yang menggentarkan. Tapi hanya organisasi kecil, dengan senjata ala kadarnya, belum punya tank apalagi pesawat. Andalannya hanya AK-47.

Obama sebagai pemimpin dunia baru (new world order) pasca rubuhnya pesaing kuat, Uni Sovyet, sedang mendefinisikan musuhnya.

Musuh Amerika didefinisikan hanyalah 'gerombolan anak-anak kampung dan orang gunung' yang jauh dari bau peradaban Barat. Mengejutkan, imperium sebesar Amerika yang menepuk dada sebagai polisi dunia ternyata tanpa malu mendefinisikan musuhnya hanya sebuah jamaah kecil. Jelas ini merupakan kekalahan moral yang tak bisa dibantah.

Kalaupun pada akhirnya Amerika menang dalam pertarungan ini, tak ada kebanggaan apapun karena memang Amerika lebih banyak tentaranya, lebih canggih senjatanya, lebih kuat ekonominya dan lebih luas dukungan negara-negara lain. Tapi jika kalah, akan menjadi sebuah ending cerita yang heroik, betapa kelompok kecil mampu menumbangkan kekuatan raksasa, super power dunia.



'Makhluq Halus' Bernama Alqaeda


Tak ada yang menyangka, musuh yang paling membuat Amerika panas dingin dan menggigil ketakutan hanyalah sesosok jamaah Alqaeda yang belum punya kantor, pegawai, apalagi negara. Mereka sejenis manusia nomaden modern yang tidak jelas kewarga-negaraannya. Di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak. Makhluq asing yang tidak jelas suku dan rasnya. Laksana Alien yang datang dari langit menginvasi bumi dalam kisah fiksi ala Hollywood.

Jumlah mereka juga tak banyak, hanya ribuan. Mungkin seribu, sepuluh ribu, seratus ribu atau lebih, tapi yang pasti di bawah satu juta. Susah menebak jumlah mereka, karena mereka memang 'makhluq halus' yang tak terdeteksi meski di tengah keramaian. Tak ada kartu identitas apapun yang bisa menunjukkan mereka sebagai warga Alqaeda. Tak ada kartu anggota, KTP apalagi Pasport.

Karenanya hati mereka juga tak tersekat oleh lembaran kartu identitas tertentu. Identitasnya tunggal: Hamba Allah di muka bumi. Allah ciptakan bumi luas, maka mereka maksimalkan untuk berkelana bebas tanpa pernah merasa asing di tanah manapun. Komitmen mereka hanya untuk umat Islam, apapun warna kulitnya.

Mereka disibukkan dengan pengabdian vertikal kepada Allah, sehingga tak sempat memikirkan untuk rebutan dunia dengan sesama manusia. Pandangan mereka lurus menengadah ke langit, sehingga jiwa dan raganya ringan laksana kapas terbang dari satu jengkal ke jengkal bumi yang lain dengan tujuan tunggal: Memastikan pengabdian kepada Allah semata. Hati mereka sudah digantungkan di langit, obsesinya obsesi langit, pikirannya sudah dengan pola langit. Ruhnya sudah di langit, hanya jasadnya yang masih berpijak di bumi. Oleh karenanya, tak ada lagi tersisa keluhan yang bersifat duniawi; soal harta, musibah, cercaan, intimidasi, penyiksaan, pengusiran bahkan pembunuhan. Semua keluhan duniawi yang bagi manusia dunia (karena mereka manusia langit) terasa berat dan bikin stres, bagi mereka menjadi semacam bumbu penyedap atau sejenis alunan tembang manis yang membuat hidup mereka lebih indah.

Mereka konon terdeteksi di pegunungan Afghanistan dan perbatasan Pakistan, ngumpet di goa-goanya ibarat makhluq pra sejarah, hidup dengan perkakas dari batu. Setidaknya itulah gambaran manusia Alqaeda di benak rakyat Amerika. Juga terlihat di Iraq, Cechnya, Somalia bahkan di Palestina. Tapi bisa tiba-tiba muncul di London meledakkan kereta yang menjadi sensasi luar biasa. Nongol di Madrid yang membuat Spanyol panas dingin karena serangannya yang mematikan. Lalu di Mumbai yang berpenampilan sebagai anak ABG penuh gaya tapi dengan percaya diri mengamuk sejadi-jadinya; memuntahkan peluru laksana permainan Playstation. Bahkan selentingan kabar menyebutkan bahwa mereka juga mampir di Jakarta untuk melakukan beberapa gebrakan mematikan, dan memoles Bali dengan kisah lain bukan hanya soal cerita indah pariwisata.

Jadi berapa sesungguhnya jumlah mereka? Jawabannya gampang; wallahu a'lam!. Apakah mereka sejatinya sedikit yang bisa terbang ke sana kemari sesuka hati, ataukah memang sudah beranak-pinak di berbagai negara, kota bahkan desa? Ataukah mereka bisa ganti kulit; kalau di Afghanistan berpostur Afghan, di Amerika berkulit putih, di Somalia berkulit gelap, dan di Indonesia berkulit sawo matang laksana bunglon?.

Entahlahlah, mereka ini jenis makhluk apa. Amerika bingung, NATO bingung, PBB bingung, Anda juga bingung. Saya? Udah duluan bingung!


Alqaeda Mengajukan Diri Sebagai Musuh Amerika


Kita bicara yang pasti-pasti saja. Bahwa mereka disebut oleh Obama sang presiden Amerika sebagai organisasi yang menjadi musuh Amerika. Hebat nih Amerika, menjadikan makhluq 'halus' sebagai musuh. Sekelas Nabi Sulaiman as yang bisa berinteraksi dengan dunia lain. Berkomunikasi dengan makhluq yang tak kasat mata.

Fakta ini membuka mata saya, untuk menemukan pelajaran penting dari pertarungan antara teri melawan kakap ini. Tandhim Alqaeda 'mendaftarkan diri' sebagai musuh Amerika dengan tidak melengkapi syarat dan ketentuan yang ditetapkan Amerika. 'Berkas' yang diajukan asal-asalan, tanpa dilengkapi akte pendirian organisasi, tak dicantumkan nama pengurusnya, wilayah yang telah dikuasai dan daftar senjata yang dimiliki. Amerika awalnya melihat 'berkas' yang diajukan Alqaeda dengan sebelah mata. Hampir didiskualifikasi dari daftar musuh Amerika karena dianggap tidak memenuhi syarat dan kriteria yang ditetapkan. Sedangkan 'pendaftar' lain, seperti Iran, Kuba, Korea Utara, Rusia, China, Jepang dan lain-lain, seluruh syarat dan ketentuan terpenuhi. Sangat cocok dengan kriteria musuh yang direncanakan Amerika.

Namun ketika masuk pada proses seleksi, semuanya berguguran. Ternyata yang lain hanya ikut-ikutan daftar untuk menjadi musuh Amerika, biar keren. Maklum, kalau kita menjadi musuh dari sosok yang hebat, pasti akan dianggap hebat juga. Pendaftar yang 'tulus ikhlas' hanya Alqaeda, oleh karenanya meski secara kriteria tidak masuk, karena ketulusannya dan semangatnya yang sangat kuat untuk menjadi musuh, Amerika akhirnya mengakui juga. Dan tanggal 10 September 2010 kemarin Obama mengumumkan bahwa pendaftar musuh yang lain dinyatakan tidak lulus, dan yang disahkan sebagai musuh yang sesungguhnya adalah Alqaeda.

Serangan WTC 11 September 2001 menjadi tonggak pengakuan Amerika. Mulai saat itu Alqaeda diperhitungkan namun sekian lama Amerika mencoba untuk menganggap remeh dan kecil. Alqaeda hanya diakui bahwa baunya ada tapi tak jelas sosoknya. Namun kini setelah sembilan tahun berlalu Amerika mulai mengakui eksistensi Alqaeda sebagai musuh yang nyata, melalui pernyataan Obama tersebut.

Meski selama ini Amerika memerangi Alqaeda, tapi ia mengabaikan eksistensinya. Kini setelah sembilan tahun berlalu, melalui bonekanya di Afghanistan, Amerika mulai mengakui eksistensi Alqaeda, meski dengan nama Taliban, karena memang dua nama ini dianggap satu kesatuan. Terbukti, pada tanggal yang sama dengan peryataan Obama, Hamid Karzai - sang boneka - menyeru Taliban untuk mau duduk membicarakan perdamaian. Untuk tujuan ini, Karzai sudah membentuk tim yang khusus untuk memulai melakukan pembicaraan dengan Taliban.

Pengakuan eksistensi ini mengingatkan kita dengan perjanjian Hudaibiyah yang untuk pertama kali pihak Quraisy duduk sederajat dengan umat Islam untuk membicarakan gencatan senjata. Artinya, musuh yang selama ini memerangi umat Islam dan tidak mau mengakui eksistensinya secara de jure, mulai menuliskan eksistensinya di atas lembar perjanjian. Peristiwa ini disebut sebagai fath (kemenangan) oleh Al-Qur'an dengan turunnya surat Al-Fath menyusul peristiwa tersebut.

Akan dibukanya pembicaraan yang melibatkan dua entitas sosial yang bermusuhan (Taliban + Alqaeda Vs Amerika) bermakna pengakuan eksistensinya secara de jure. Apalagi didukung dengan pernyataan Obama bahwa Alqaeda adalah musuh Amerika. Lengkap sudah kemenangan politik dan militer yang diraih Alqaeda dengan ijin Allah.


Menjadi Musuh Amerika yang Tidak Biasa


Sisi menarik dari Alqaeda adalah ia memposisikan diri sebagai musuh Amerika dengan kategori baru. Amerika mempersiapkan diri bertahun-tahun dengan dana nyaris tanpa batas untuk melawan musuh berwujud negara super power yang seimbang dengan dirinya. Inilah kategori tunggal calon musuh di mata Amerika. Oleh karenanya Amerika sibuk menciptakan senjata nuklir dan begitu takut negara lain memilikinya.

Teori kemengan satu-satunya adalah kemenangan teknologi militer. Dia yakin haqqul yaqin bahwa jika Amerika sekian langkah lebih unggul teknologi senjatanya dibanding negara lain, tak akan ada yang bisa mengalahkannya. Dahulu populer istilah perang bintang antara Amerika melawan Uni Sovyet. Konon katanya, tembakannya tidak lagi menggunakan peluru biasa, tapi sinar. Entahlah.

Tapi Alqaeda datang dengan kategori baru yang sama sekali tak diperhitungkan Amerika. Ia hanya sekumpulan anak kampung dan orang gunung yang mahir memainkan AK-47. Habitatnya adalah gunung-gunung terjal dan hutan belantara. Jumlahnya juga tak seberapa. Bukan negara. Tak memiliki dukungan ekonomi, politik dan teknoligi. Mereka hanya sekumpulan hamba Allah yang senjata utamanya adalah iman dan persaudaraan dalam Islam. Tapi memiliki tekad segarang singa. Belum pernah ada dalam teori pertempuran Amerika, sebuah jamaah kecil yang tak kasat mata akan menjadi musuh potensial. Kerangka teoritis untuk mengatasinya belum mereka temukan atau siapkan.

Dalam ilmu militer pertarungan semacam ini disebut sebagai pertempuran asimetris (gak nyambung). Amerika menginginkan musuhnya dalam kategori yang ia inginkan, tapi musuh berada pada kategori yang berbeda. Amerika membidik lurus ke depan, padahal Alqaeda berada di lobang persembunyian di bawah tanah. Amerika laksana petarung pakai pedang tapi dengan mata tertutup. Ia membabat ke kanan dan ke kiri tanpa tahu musuhnya dengan jelas. Akhirnya tenaganya terkuras dan sempoyongan.

Strategi Alqaeda ini membuat milyaran dolar kekayaan Amerika yang dibelanjakan untuk membuat senjata canggih menjadi terasa sia-sia. Karena yang dihadapi Amerika bukan semata pasukan tempur yang diorganisisr sebuah negara dan punya teritorial yang jelas, tapi kekuatan iman dan gagasan yang dengan cepat menyebar laksana virus, apalagi didukung berkembangnya internet. Alqaeda memang kecil jumlah personalnya, tapi ada di mana-mana.


Alqaeda Dipisahkan dari Umat Tapi Makin Mewakili Umat


Pernyataan Obama bahwa musuh Amerika adalah Tandhim Alqaeda dan bukan Islam atau umat Islam, pada sisi lain merupakan strategi untuk memisahkan Alqaeda dari umat Islam. Tapi makar ini lambat laun justru menjadi bumerang bagi Amerika.

Dengan kemenangan politik dan militer yang diraih Alqaeda melawan super power yang arogan semacam Amerika, semua penduduk dunia yang punya pengalaman panjang dizalimi Amerika akan menjadikan Alqaeda sebagai hero. Apalagi umat Islam. Tentu saja dukungan akan terus mengalir, apalagi jika Alqaeda dengan akurat mewakili kegelisahan mereka.

Awalnya Obama, Amerika, Barat dan PBB masih agak rabun untuk membedakan warga Alqaeda dari kerumunan besar umat Islam. Tapi akhirnya mereka berhasil mendeteksi, ada sejumlah perbedaan dan ciri khas yang bisa dijadikan alat untuk membedakan Alqaeda dari umat Islam, meski jelas lebih banyak unsur persamaannya.

Untuk alasan strategi, Amerika saat ini fokus membidik yang punya genetik Alqaeda saja. Amerika akan menghadapi dilema rumit jika umat Islam dinyatakan sama dengan Alqaeda. Jumlahnya sudah terlalu besar, tak mungkin dilawan.

Dengan kemenangan Alqaeda, tinggal menunggu waktu bahwa umat Islam dunia akan merasa menjadi bagian dari Alqaeda. Jika terjadi perang, terminologi yang paling pas saat itu adalah Perang Salib, suatu istilah yang pagi-pagi sekali sudah dikumandangkan oleh George W. Bush meski diralat dengan setengah hati. Cepat atau lambat kalimat ini akan kembali populer jika Alqaeda berhasil mewarnai pemikiran umat Islam sehingga semuanya menjadi Alqaeda.

Saat ini, nyaris tak ada satupun negara yang berani mengklaim bersih dari benih-benih Alqaeda. Ini merupakan bentuk sunnatullah kemenangan Islam gaya baru, bahwa semangat jihad dan iman bisa ditransfer melalui jaringan internet laksana virus yang menular. Sesuatu yang tak pernah terpikir sebagai cara berkembangnya jihad di masa lalu. Bahkan bukan hanya semangat jihad yang bisa ditransfer, tapi juga manual teknis operasi jihad bisa diajarkan melalui internat, sehingga dunia menjadi majlis taklim besar bagi mujahidin dengan sarana internat. Secara fisik di goa, tapi majlis taklim maya dihadiri jutaan pemuda di seluruh dunia.

Amerika jelas makin mati gaya menghadapi kenyataan ini. Manusia Alqaeda ternyata sedang duduk di warnet mempelajari manual bombing atau sekedar ngulik berita jihad. Padahal Amerika belum pernah punya teori mengalahkan musuh seperti ini. Apalagi sekarang sudah meningkat dengan hadirnya akses internet via HP. Terasa sia-sia uang yang dibelanjakan Amerika untuk membuat bom atom jika musuhnya jamaah tak kasat mata seperti Alqaeda.


Berakhirnya Era Terorisme


Penegasan Obama ini juga menandai akan segera berakhirnya era penggunaan istilah teroris dan berobah menjadi Alqaeda. Istilah teroris sudah kehilangan bobot karena sudah lama dan harus diproduksi istilah baru. Ibarat barang dagangan, life cycle product-nya sudah habis. Apalagi ditimpa sikap ekstrim kaum Yahudi dan Nasrani, misalnya seruan pembakaran Al-Qur'an oleh pendeta Amerika, larangan menara masjid di Eropa dan larangan cadar di sana. Semua ini menyebabkan ekstrimisme bukan ciri khas teroris lagi, tapi juga disandang oleh mereka yang dikenal demokratis. Maka istilah teroris sudah kehilangan elan vital.

Era George W. Bush istilah yang sangat ampuh adalah istilah teroris. Tapi era Obama, dipersempit menjadi Alqaeda. Ini jelas sebuah penghargaan tinggi untuk Alqaeda. Kualitas manusia bisa dilihat dari kualitas musuhnya. Kalau musuhnya berkualitas, seseorang dinilai berkualitas. Jika rendahan, begitu pua kualitas seseorang. Sebab, syetan tak pernah salah memilih musuh.

Makanya selalu menarik menyaksikan pertarungan antara Alqaeda melawan Amerika, karena manusia selalu suka menyaksikan pertarungan yang awalnya tak berimbang tapi kemudian endingnya yang lemah menang. Penonton akan merasakan kepuasan yang luar biasa. Sebaliknya, musuh akan terhina sehina-hinanya. Diolok-olok, ditertawakan dan akan ditulis dalam buku sejarah sebagai sebuah pelajaran penting, bahwa ada imperium raksasa dengan segenap kepongahannya hancur lebur oleh musuh kerdil dengan keteguhan imannya. Kisah Daud as melawan Jalut terulang dalam bentuk imperium modern.


Jamaah, Solusi Kelemahan Umat


Mereka yang apriori terhadap konsep jamaah atau tandhim mesti membuka mata lebar-lebar. Bahwa yang mampu melawan Amerika adalah sebuah jamaah yang merupakan lembaga swadaya umat, sama sekali tak disponsori suatu negara, baik kafir atau muslim.

Pernyataan bahwa jamaah pasti melahirkan madharat, tak terbukti. Madharatnya, menurut mereka, karena tak ada jamaah yang tidak melahirkan ta'asshub (fanatisme kelompok). Oleh karena madharat jamaah bersifat melekat tak bisa dipisahkan, maka jamaah menjadi sesuatu yang ditolak secara asas oleh Islam. Bahkan kalangan tertentu menganggapnya sebagai bid'ah.

Kelemahan argumen ini terletak pada anggapan bahwa fanatisme kelompok merupakan dampak melekat dari jamaah. Seandainya kita menerima argumen ini, maka Rasulullah saw menjadi orang pertama yang terkena kritik, karena Rasulullah saw mengelola umat Islam saat itu dengan konsep jamaah. Rasulullah saw berposisi sebagai amir atau imam, dan para Sahabat sebagai anggota.

Kelemahan kedua, ukuran dan bentuk jamaah yang ditolak itu seperti apa tak bisa dijelaskan. Sebab, kehidupan manusia tak bisa lepas dari jamaah. Mengelola sepakbola saja menggunakan konsep jamaah. Semua lembaga yang memiliki pimpinan dan anggota pasti berpola jamaah. Ada komitmen-komitmen yang disepakati olah seluruh anggota.

Zaman modern seperti sekarang teori pengelolaan jamaah makin matang. Ribuan buku dan penelitian dihasilkan para pakar untuk merumuskan manajemen - aspek inti dari jamaah. Bahwa kekuatan ada dalam jamaah, dan kelemahan melekat pada individualisme.

Problem kita sejatinya hanya apakah kita mampu mengambil sisi kekuatan jamaah dan mengikis fanatisme yang ditimbulkan? Siapapun yang mampu melakukannya, maka berjamaah baginya menjadi kebutuhan, dan meninggalkannya menjadi awal kelemahan.


Jihad Mutlak Membutuhkan Jamaah yang Solid


Prestasi Al-Qaeda yang penting untuk dicatat adalah bahwa ia mampu menggabungkan jihad dengan jamaah. Kombinasi ini jarang yang mampu melakukannya. Jihad merupakan amal kolektif sebab musuh yang dihadapi juga kolektif. Titik kelemahan pelaksanaan jihad yang dilakukan umat Islam selama ini terletak pada kelemahan jamaah yang mendukungnya.

Jihad sangat bertumpu pada komitmen kelompok atau jamaah. Komitmen ini bahkan merupakan puncak kemampuan manusia dalam memberikannya. Sebagai contoh, jika ada seorang mujahid yang tertangkap musuh dan disiksa sedemikian rupa untuk membocorkan informasi teman-temannya (jamaahnya), ia harus kuat menanggungnya sehingga temannya tidak terkena bahaya dari musuh. Harga komitmen ini adalah kematian. Artinya, dalam menjaga rahasia temannya ia beresiko menghadapi kematian. Adakah komitmen sesama teman melebihi komitmen yang dibutuhkan ibadah jihad?

Inilah tantangannya. Untuk sukses, jihad harus dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki ikatan komitmen satu sama lain yang sangat kuat hingga nyawa menjadi taruhannya. Komitmen sekuat ini hanya bisa dihasilkan melalui konsep jamaah yang solid. Maka problem berikutnya adalah mengenyahkan dampak fanatisme yang ditimbulkan oleh jamaah.

Jika sebuah jamaah bisa menggabungkan komitmen kuat untuk al-haqq tapi tidak berdampak lahirnya fanatisme kelompok, maka jamaah semacam ini menjadi faktor kekuatan yang amat dahsyat. Negara sekuat Amerika saja tak mampu menjinakkannya. Inilah kelebihan Al-Qaeda yang tak dimiliki jamaah lain.

Jamaah itu rahmat. Jika membawa madharat pasti karena ada kekurangan yang mesti diperbaiki. Bisa jadi karena al-haqq yang dipedomani tidak sepenuhnya al-haqq, tapi masih bercampur dengan batil. Atau karena komitmen yang mengikat unsur jamaah bukan al-haqq, tapi sekedar fanatisme kelompok. Atau karena individu yang ada di dalamnya tidak patuh dengan perintah yang mesti ia lakukan sebagai bentuk komitmen mentaati amir dalam perkara yang makruf. Atau ada yang tergoda untuk berebut dunia dengan sesama anggota jamaah. Atau karena jamaah yang dibentuk hanya karena sakit hati sehingga mengumpulkan orang untuk membalas sakit hati tersebut.


Berjamaah, Langkah Paling Realistis Sebelum Berjihad


Banyak kalangan mengabaikan hubungan yang sangat kuat antara jihad dengan jamaah. Mereka menganggap jihad bisa saja sukses tanpa didukung jamaah yang kuat. Mereka tertipu, karena menganggap ibadah jihad sesederhana ibadah shalat, zakat atau haji yang bisa dilakukan dengan spontan dan tanpa persispan yang matang.

Jihad berbeda sekali. Ibadah ini selain realisasi pengabdian hamba kepada Allah, ia juga realisasi bara' (kebencian dan permusuhan) hamba kepada musuh Allah, sekaligus refleksi wala' (empati, persaudaraan dan pembelaan) hamba terhadap para kekasih Allah - umat Islam.

Oleh karenanya, mutlak dihajatkan persiapan yang matang agar tercapai ketiga agenda tersebut, bukan semata agenda pengabdian kepada Allah. Agenda mengalahkan musuh Allah dan agenda memastikan umat Islam terselamatkan dari kedurjanaan musuh-musuh Allah harus menjadi fokus juga.

Jika jihad dilakukan asal-asalan, agenda yang diraih hanya agenda pengabdian kepada Allah sebagai ibadah sebagaimana shalat dan haji. Dan salah satu yang terpenting agar tidak asal-asalan adalah berjamaah sebelum berjihad.

Dalam aktifitas berjamaah, seseorang akan merasakan gesekan antar anggota jamaah baik dalam persaudaraan atau pelaksanaan perintah bersama. Seseorang akan bertemu dengan berbagai karakter yang akan menguji ketahanan mentalnya dalam kehidupan berjamaah. Kadang tersandung pengkhianatan yang dilakukan sesama anggota jamaah. Kadang ada amanat yang tidak tertunaikan, baik oleh dirinya atau oleh anggota lain. Kadang ada perintah yang terasa berat, tapi dalam lingkup makruf sehingga harus tetap ditaati.

Semua ini adalah dinamika kehidupan berjamaah. Jika kita belum lulus dalam mengarungi kehidupan berjamaah, akan lebih sulit untuk menjadi mujahid yang baik dalam shaff jihad di medan tempur. Di sana juga ada dinamika kelemahan individu, kesalahan memahami komando, pengkhianatan, dan semua persoalan kolektif lain.

Maka pelajaran lain yang bisa kita petik dari Al-Qaeda adalah komitmen mereka dalam berjamaah. Jamaah yang menjadi ruang berkumpul para aktifis jihad, yang saling diikat komitmen bersama dan dipimpin oleh sistem kepemimpinan yang solid. Ikatan persaudaraannya adalah iman dan wala' wal bara'.

Bila kita bisa mengambil pelajaran dari Al-Qaeda, tak harus menamakan kelompok kita dengan Al-Qaeda. Terutama pelajaran berjamaahnya. Apalagi untuk alam Indonesia yang tampaknya masih agak jauh dengan jihad musallah, pastikan kita gunakan waktu untuk belajar berjamaah dengan baik, agar kita bisa meresapi kehidupan kolektif yang sangat membantu kelak saat di medan jihad.

Selamat berjamaah sebelum berjihad !

(Tapi jamaah yang menjadikan al-haqq sebagai panglima, asyidda' 'alal kuffar, ruhama bainal muslimin, dan tidak menjadikan hujatan terhadap sesama muslim sebagai gaya hidup)

Ramadhan - Syawal 1431 ( September 2010)

Makkah, Jeddah, Jakarta.

Source : elhakimi.wordpress.com

Raih amal shalih, sebarkan informasi ini...


Oleh M. Fachry pada Jum'at 24 September 2010, 09:46 AM