sampaikanlah walau satu ayat

Kamis, 13 Mei 2010

Memilih Bidang Pekerjaan di Akhir Zaman

Oleh: Muhaimin Iqbal*


ADA salah satu Ustaz saya, Ustaz Ihsan Tandjung yang sangat mendalami subyek akhir zaman. Saking banyaknya referensi beliau dalam masalah ini, sampai menulis satu situs khusus di internet.

Mendalami masalah akhir zaman, tidak harus membuat kita pesimistis dalam menghadapi kehidupan ini. Justru sebaliknya, bila kita sadar bahwa ‘boleh jadi kiamat sudah dekat’, maka kita akan berusaha mencari bekal sebanyaknya untuk hidup sesudah itu, yaitu kehidupan yang abadi di akhirat kelak.

Kesadaran akan akhir zaman juga akan membuat kita buru-buru bertaubat bila dalam perjalanan hidup kita ada hal-hal yang kita langgar – mumpung masih ada waktu! Buru-buru kita ke kembali ke jalan Allah menyambut seruan-Nya: “Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS 51 :50).

Nah bagaimana dalam konteks bidang pekerjaan, bila dalam pekerjaan yang kita tekuni tersebut kita masih terlibat dalam hal yang sangat terlarang, seperti riba, riswah (suap), mengambil hak orang lain, berbuat kerusakan di bumi, menzalimi rakyat, dan lain sebagainya?

Banyak potensi pekerjaan yang bisa kita pilih, yang aman dari hal-hal yang terlarang tersebut. Bahkan banyak pula jenis pekerjaan yang bisa kita lakukan tersebut yang memiliki dasar kuat di Al-Qur’an ataupun di hadis. Kaidahnya adalah, apa yang disebutkan di Al-Qur’an ataupun hadis yang sahih adalah benar ketika diturunkan. Benar saat ini, dan akan tetap benar sampai akhir zaman.

Mengapa demikian? Karena agama ini adalah agama akhir zaman, maka segala tuntunannya pasti valid sampai akhir zaman, termasuk tuntunannya dalam hal pekerjaan ini.

Pekerjaan bertani atau bercocok tanam misalnya, akan selalu baik sampai akhir zaman karena kita bahkan diperintahkan untuk tetap menanam benih yang ada di tangan kita, walaupun seandainya proses terjadinya kiamat sudah mulai.

Contoh pekerjaan lain yang juga insy Allah valid sampai akhir zaman adalah menggembala (memelihara) kambing. Untuk yang satu ini, Imam Nawawi yang sangat mashur dengan kitab yang menjadi rujukan para juru dakwah hingga kini, membahas secara khusus dalam kitabnya Riyadhush Shalihin.

Dalam bab Beruzlah beliau menyampaikan bahwa beruzlah atau menyendiri ketika moral manusia sudah rusak, takut agama ini terfitnah, dan takut terjerumus dalam keharaman dan syubhat, adalah hal yang disunahkan. Nah ketika kita menyendiri dan takut kepada hal yang haram, lantas apa pekerjaan kita untuk menghidupi diri dan keluarga kita? Memelihara kambing, itulah salah satu jawabannya.

Untuk jawaban ini tidak tanggung-tanggung Imam Nawawi memberikan tiga hadis sahih sebagai rujukannya. Berikut adalah hadis-hadis tersebut:

Dari Abu Hurairah R.A., dari Nabi SAW, dia bersabda: "Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala kambing". Sahabat-sahabat beliau bertanya: “Begitu juga engkau ?”; Rasulullah bersabda: “Ya, aku menggembalanya dengan upah beberapa qirath penduduk Mekah.” (H.R. Bukhari)

Dari Abu Said berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Hampir saja harta muslim yang terbaik adalah kambing yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah (kemungkaran atau peperangan sesama muslim).” (H.R. Bukhari)

Dari Abu Hurairah R.A. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Termasuk penghidupan manusia yang terbaik, adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah. Dia terbang di atasnya (dia menaikinya dengan jalan yang cepat). Setiap mendengar panggilan perang dia terbang di atasnya dengan bersemangat untuk mencari kematian dengan jalan terbunuh (dalam keadaan syahid) atau mati biasa. Atau seorang laki-laki yang menggembala kambing di puncak gunung dari atas gunung ini atau lembah dari beberapa lembah. Dia mendirikan salat, memberikan zakat, dan menyembah kepada Tuhannya hingga kematian datang kepadanya. Dia tidak mengganggu kepada manusia, dan hanya berbuat baik kepada mereka.” (H.R. Muslim).

Jadi menggembala (memelihara) kambing bukan hanya commercially feasible seperti yang sudah saya tulis sebelumnya; tetapi juga memiliki dasar yang sahih. Maka tidak malu saya berulang kali mengajak para pembaca untuk belajar menekuni profesi yang sering dianggap kuno oleh sebagian orang di zaman teknologi ini. Bagi yang berminat, silakan datang ke lokasi kandang kami di Jonggol dan mulai belajar mempersiapkan diri dengan profesi akhir Jaman. Insya Allah.

Ilustrasi:mages.com/Corbis

Penulis adalah Direktur GeraiDinar.com

HENDAKLAH ENGKAU BERSAMA DENGAN ORANG YANG LURUS

oleh Mashadi

Kehidupan manusia pasti akan berakhir. Tidak ada yang kekal selama-lamanya. Kematian pasti akan dijumpai manusia. Kemana setelah kematian? Allah Rabbul Alamin akan menetapkan nasib manusia. Semuanya sesuai dengan ihtiar manusia.

Ihtiar yang sudah dilakukan manusia itu, yang nantinya di akhirat menjadi mizan (timbangan) bagi kehidupannya yang bersifat kekal, kemuliaan atau kehinaan. Allah Azza Wa Jalla telah memberikan petunjuk (hudan) yang akan memberi kemuliaan bagi manusia yang mengikutinya berupa al-Qur'an dan as-Sunnah. Karenanya, manusia tidak dapat memungkirinya kelak.

Manusia yang akan mendapatkan kemuliaan itu, mereka yang memilih berteman dan berkarib dengan orang-orang yang menempuh jalan lurus (shirathal mustaqiem), dan tidak bersama dengan orang-orang yang menempuh jalan yang sesat dan bathil.

Hidupnya hanya berserah kepada Allah Azza Wa Jalla, dan tidak menyekutukan-Nya, serta berkhianat kepada-Nya. Tunduk, patuh, berserah diri sepenuhnya dengan ikhlas kepada-Nya. Tidak ingin sedikitpun berkhianat dan berbuat durhaka.

Mereka yang menempuh jalan lurus (shirath) itu, tidak mau bermain-main dengan para pendusta agama Allah Ta’ala. Mereka yang menempuh jalan Rabbnya, tak hendak berwala’ dan memberikan loyalitas kepada mereka yang memusuhi agama Allah, serta orang-orang yang terang-terangan berkhianat dengan berbuat syirik, dan bertahkim kepada hukum-hukum selain hukum Allah Rabbul Alamin. Mereka yang menempuh jalan lurus (shirath) akan baro’ terhadap segala bentuk kekufuran dan kemungkaran, dan menarik garis pembatas yang tegas terhadap praktik-praktik kebathilan dan kezaliman dalam kehidupan.

Allah Azza Wa Jalla, senantiasa mengingatkan bagi para penempuh jalan lurus (shirath), agar mereka hanya bersama-sama dengan orang yang dikasihi-Nya, seperti dalam al-Qur’an :

Dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-Nabi, para Shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan itulah teman-teman yang sebaik-baiknya”. (An-Nisa’ : 69)

Selanjutnya, Allah Azza Wa Jalla, pasti menyandarkan shirath kepada orang-orang yang menempuhnya, yaitu orang-orang yang diberi ni’mat oleh Allah, agar hati orang yang menempuh jalan lurus (shirath) itu tidak dihinggapi perasaan sedih, karena pasti tidak akan terkucilkan, dan ia akan bersama-sama dengan orang-orang yang menempuh jalan shirath lainnya. Bahkan, mereka akan dijamin bersama mereka yang menempuh jalan shirath di akhirat kelak, yaitu para Anbiya' (Nabi-Nabi), Shiddiqin, mereka yang mati syahid, Tabi'in, dan orang-orang yang shalih.

Berbeda dengan orang-orang yang menyimpang dan bermusyarakah dengan orang-orang yang memusuhi agama Allah, dan menentang hukum-hukum Allah, bersama-sama dengan orang-orang berlaku durhaka, serta bersama-sama dengan pelaku kebatahilan dan kezaliman.

Betapapun, sekarang di dunia, mereka yaitu para pelaku menyimpang, sepertinya mendapatkan kenikmatan dengan harta yang melimpah, jabatan, kekuasaan, dan segala bentuk kenikmatan lainnya, tetapi di hadapan Allah Azza Wa Jalla tidak ada artinya. Para penempuh jalan kesesatan yang menyimpang itu, pasti akan binasa, dan dihancurkan oleh Allah Azza Wa Jalla, yang Maha Aziz (Maha Perkasa), dan tidak pernah mendapatkan ampunan.

Karenanya, bagi penempuh jalan yang menyimpang atau sesat, meskipun jumlah mereka banyak, tetapi nilai dan kualitas mereka sangatlah sedikit, sebagaimana dikatakan para ulama Salaf, “Tetaplah engkau tempuh jalan kebenaran, dan janganlah engkau bersedih karena sedikitnya orang yang menempuhnya. Dan jauhilah jalan kebathilan, dan janganlah engkau tertipu oleh banyaknya orang yang binasa di jalan itu (kesesatan dan kebathilan)”.

“Dan, jika anda sedih merasa sendirian, maka layangkanlah pandanganmu ke arah teman-teman terdahulu (para generasi salaf), dan berkeinginanlah untuk senantiasa bertemu mereka, serta alihkanlah pandangan anda selain dari orang-orang selain mereka. Karena mereka (orang-orang lain yang menyimpang dari jalan lurus itu), tidak akan menolongmu sama sekali. Dan jika mereka memanggil anda untuk menyimpang dari jalan yang anda tempuh, maka janganlah anda menghiraukan mereka”, ucap Ibnu Qayyim al-Jauzi.

Seperti dalam lantunan dalam do’a qunut : “Ya Allah,tunjukilah aku bersama orang yang Engkau beri petunjuk, bukan orang-orang yang Engkau murkai”. Wallahu’alam.Rabu, (eramuslim,12/05/2010)

Senin, 10 Mei 2010

URGENSI JIHAD DALAM PENEGAKAN SYARI’AT

Segala puj bagi Allah Ta’ala, Dzat yang Maha Kuasa dan Perkasa yang telah menjadikan kekuatan sebagai penopang tegaknya Dien ini, yang telah menjadikan besi sebagai inti kekuatan, yang menyimpan kekuatan luar biasa, sebagai pendamping Al Qur’an selaku hujjah bagi kaum muslimin.

Sholawat serta salam untuk Rosul tauladan, Muhammad shollallaahu ‘alaihi wasallam, seorang pemimpin mujahidin, yang telah menegakkan Dien ini dengan dakwah dan jihad, dengan Al Qur’an dan Al Hadid. Al Qur’an di tangan kanan dan Al Hadid di tangan kiri. Seorang motifator yang bersabda : “Saya diutus menjelang hari kiamat dengan pedang, sehingga Allah Ta’ala dijadikan satu-satunya yang diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya, dijadikan rizkiku dibawah bayanggan tombakku, dijadikan kecil dan hina orang yang menyelisi urusanku, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia itu adalah termasuk golongan kaum itu” [ Shohih Bukhori ]

kilasan sejarah

Kalau kita melihat perjalanan perjuangan penegakan Dien pada zaman salaful ummah, yakni pada masa Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam beserta para shabatnya, maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwasanya tegaknya Dien ini dipenuhi dengan lumuran darah dan pengorbanan jiwa dan raga dalam medan jihad. Sehingga rosulullah bersabda : :”Sesungguhnya siyahah ummatku adalah Jihad fie sabilillah” [ Sunan Ibnu Majah. Bab Jihad : 383. (No. Hadits : 2486) ]

Dengan jihadlah kemuliaan ummat ini terangkat, dengan jihadlah kehidupan kaum muslimin akan terbangaun, dengan jihad exsistensi kaum muslimin terwujud dan dengan jihadlah Dien ini tertegak.

Sejarah futuh makkahpun diwarnai dengan suasana jihad, karena keberangkatan rosulullah dari madinah telah menyiapkan pasukan perang yang lengkap dengan membuat setrategi penyergapan dari empat arah. Sehingga dengan ini kaum kafir quraisy takut dan menyerahkan diri.

Begitu juga perjalanan kekholifahan para shabat beliau. Abu bakar orang yang menumpas gerakan penentang zakat dengan jalan jihad. Umar bin Khottob dalam rangka pengembangan kekuasaan daerah Islam pun dengan jihad. Sehingga tidak ada satu celah perjalanan penegakan syari’at pada zaman itu dengan selain jihad, baik dengan Demokrasi ataupun dengan melalui parlementer dan institusi. Dengan jalan ini (jihad) tegaklah kalimat Allah dan tersebarlah syi’ar-syi’ar Islam di penjuru bumi.

Namun sejak runtuhnya kekholifahan Turki Utsmani pada tahun 1924 M, kondisi kaum muslimin kocar-kacir dan berpecah-belah, seperti kapal pecah yang kehilangan nahkoda. Kesatuan kaum muslimin tercerai berai, kekuatan kaum muslimin porak poranda, sehingga yang kita lihat sekarang adalah perpecahan dan kelemahan. Kewibawaan dan kemuliaan yang dulu menjadi kharisma seorang mukmin, kini pudar dan berubah menjadi kehinaan dan kerendahan. Kekuatan kaum muslimin sudah tidak diperhitungkan lagi oleh musuh, dan exsistensi kaum muslimin sudah tidak diakui di atas percaturan politik di dunia ini.

Dalam kelemahan dan kebingungan ini, kaum muslimin mencoba mencari format langkah perjuangan untuk menegakkan kembali menara kebesaran yang dulu pernah menjulang tinggi ke angkasa. Ada dari mereka yang hanya dengan dakwahnya saja tanpa mempersiapkan kekuatan untuk jihad, ada yang bergerak dengan cara mengikuti arus demokrasi. Dan masih banyak lagi format lain yang dijadikan langkah perjuangan untuk menegakkan Dien ini. Adapaun hasil yang kita lihat adalah kegagalan dan kekalahan.

Melihat kegagalan dan kekalahan ini, disini saya mencoba untuk menampilkan makalah ilmiyah tentang “Urgensi Jihad Dalam Penegakan Syari’at”. Semoga dengan makalah ini dapat menjadi solusi dan membentuk wacana baru kita, serta sebagai perbandingan dari konsep-konsep yang ada, baik itu konsep Demokrasi, parlementer atau yang lainnya. Saya buat makalah ini sebagai kepedulian dan sumbang sih saya terhadap tegaknya Dien (syari’at) di muka bumi ini. Amin

II. DEFINISI JIHAD

Disebutkan di dalam kitab Al Jihad Sabiiluna (Syaikh ‘Abdul Baqi Romdhon)

· Secara Etimologi (bahasa) :

: “Mengerahkan segenap tenaga dan kemampuan dalam wujud perkataan atau perbuatan dalam perang”.

Disebutkan dalam sebuah hadits : “Tidak ada hijrah setelah futuh (penaklukan Makkah), akan tetapi jihad dan niat”.

Dalam hadits yang lain Rosulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang hijrah setelah fathu makkah : “Tidak ada hijrah (setelah futuh Makkah), akan tetapi (yang ada adalah) jihad dan niat, apabila diseru kepada kalian (untuk berjihad) maka berangkatlah berjihad” [ Sunan Abu Daud : 382. (Dar Ibnu Hazm 1419 H)]

Maksudnya adalah :

Tidak ada lagi hijrah setelah penaklukan negeri Makkah, sebab ia telah menjadi Darul Islam, akan tetapi yang ada adalah jihad dan mengikhlaskan niat di dalamnya demi meninggikan kalimat Allah.

· Secara Terminologi dan Syar’ie

Apabila kata jihad disebut secara mutlak, maka ia bermakna : “Memerangi orang-orang kafir untuk maninggikan kalimat Allah. Mengadakan persiapan untuknya dan beramal pada jalannya” [ Lisanul ‘Arob Ibnu Mandzur : 3/135]

Sebagaimana Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam menafsiri makna jihad dalam haditsnya yang dirwayatkan oleh imam Ahmad dalam musnadnya. Dari ‘Amr bin ‘Abasah rodliyallahu ‘anhu berkata : “Bertanya seorang lelaki (kepada Rosulullah) : Wahai Rosulullah ! Apakah Islam itu ? beliau menjawab : (Islam adalah) kamu pasrahkan hatimu hanya untuk Allah ‘Azza wa Jalla, dan selamat kaum muslimin dari lisan dan tanganmu. Lelaki itu bertanya : Islam yang bagaimanakah yang paling utama itu ? beliau menjawab : Iman. Dia bertanya lagi : Apakah iman itu ? beliau menjawab : Kamu beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, para utusan-Nya dan kebangkitan setelah mati. Dia bertanya lagi : Iman yang bagaimanakan yang paling utama itu ? beliau menjawab : Hijrah. Dia bertanya lagi : Apa hijrah itu ? beliau bersabda : Kamu jauhi kejelakan, dia bertanya lagi : Apakah hijrah yang paling utama ? beliau menjawab : Jihad. Dia bertanya lagi : Apakah jihad itu ? beliau bersabda : Yaitu kamu perangi orang-orang kafir jika kamu temui mereka. Dia bertanya : Jihad apakah yang paling utama ? beliau bersabda : Kuda yang terbunuh (di medan jihad) dan tertumpahnya darah (di medan jihad)”. [ Musnad Imam Ahmad : 4/114]

Perkataan para ulama’

1. Madzhab Hanafi :

Disebutkan dalam kitab Hasyiyah Ibnu ‘Abidin : “Jihad adalah menyeru kepada Dien yang haq dan memerangi orang yang tidak mau menerimanya”.

Disebutkan pula di dalam kitab Majma’ul Anhar fie Syarkhi Multaqol Abhar. “Jihad adalah memerangi orang-orang kafir dan tindakan-tindakan lain yang serupa, seperti memukul dan menghancurkan berhala-berhala mereka”.

2. Madzhab Maliki

Disebutkan dalam kitab Balaghotus Salik liaqrobil masalik ila madzhabi imam Malik. Berkata Ibnu ‘Arofah : “Jihad adalah orang-orang muslim memerangi kepada orang-orang kafir yang tidak mempunyai ikatan perjanjian untuk meninggikan kalimat Allah atau karena datangnya orang kafir ke pihak muslim, atau karena masuknya orang kafir ke negeri muslim. [ lihat dalam kitab Al Jihad Sabiluna. Abdul Baqi Romdhon : 38-41]

3. Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqolani Syafi’I berkata :

Makna (Jihad) adalah “mencurahkan kesungguhan dalam memerangi orang-orang kafir”. [ Fathul bari : 6/3]

4. Imam Ibnu Najjar Al Hambali berkata : “Jihad adalah memerangi orang-orang kafir”.

4. Imam Al Qostalany berkata :

Makna (jihad) adalah “memerangi orang-orang kafir dalam rangka menolong Islam dan meninggikan kalimat Allah”. [Irsyadus Sari : 5/31]

Adapun makna-makna lain seperti jihad melawan hawa nafsu, amar ma’ruf-nahi mungkar, menolak bahaya dan mengambil manfaat serta selainnya, maka ia adalah termasuk macam-macam jihad yang mengikuti makna aslinya. [Al jihad Sabiluna. Abdul Baqi Romdhon : 13]

Terkadang makna jihad itu dimutlakkan dalam nash syar’i dengan makna selain memerangi orang-orang kafir. Sebagaimana disebutkan dalam hadits nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam :

Artinya : “Mujahid adalah orang yang memerangi hawa nafsunya dalam ketaatan kepada Allah. Muhajir adalah orang yang menjauhi larangan Allah”. [ Musnad Imam Ahmad : 7/21]

Dalam hadits lain disebutkan :

(Rosul bersabda) kepada orang yang memintak izin untuk berangkat perang, lalu beliau bersabda : “Apakah orang tuamu masih hidup ? dia menjawab: masih, kemudian beliau bersabda : Maka kepada kedua orang tualah kamu berjihad”. [ Shohih Bukhori : 4/18]

Akan tetapi apabila kata jihad disebut dengan secara mutlak, maka maknanya adalah memerangi orang-orang kafir dalam rangka meninggikan kalimat Allah. Kecuali apabila (kata jihad) itu diiringi dengan kata yang menunjukkan makna selain qital seperti dalam dua hadits di atas.

Ibnu Rusydi dalam kitabnya Muqoddimah Ibnu Rusydi : 1/379 menyebutkan : “Adapun (yang dimaksud) jihad dengan pedang adalah memerangi orang-orang musyrik atas Dien. Maka siapa yang jiwanya berpayah-payah dalam dzatnya Allah maka ia telah berjihad di jalan Allah, kecuali apabila (kata) jihad fie sabilillah itu diungkapkan dengan bentuk mutlak maka (tidak ada makna lain) kecuali memerangi orang-orang kafir dengan pedang sampai mereka masuk Islam atau menyerahkan jizyah (pajak) dari tangan mereka (sedang mereka dalam keadaan) kecil (hina). [ Ahammiyyatul Jihad Fie Nasyrid Da’wah Al Islamiyyah Warroddi ‘Alat Thowaifiddhollah Fiehi. Dr. ‘Ali Nafi’ Al ‘Ulyani : 117. (Daru Toybah. 1416 H).]

III.DALIL DISYARI’ATKANNYA JIHAD

Firman Alloh

1. “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagi kamu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.(QS. Al Baqoroh : 206)

2. “Dan perangilah mereka, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya milik Allah belaka….”.(QS. Al Baqorh : 193)

3. “”Dan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah dan supaya agama ini semata-mata bagi Allah…”.(QS. Al Anfal : 39)

4. “…Dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa”.(QS. Attaubah : 36).

5. “Apabila sudah habis bulan-blan Haram, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah mereka di tempai pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS. Attaubah : 5).

Hadits Nabi

1. Dari Abu Huroiroh rodliyallahu ‘anhu berkata : Datang kepada Rosulullah shollallhu ‘alaihi wasallam seorang lelaki lalu berkata : Tunjukkanlah kepadaku amalan yang dapat menyamai jihad. Beliau bersabda : Tidak aku dapatkan. Lalu beliau bersabda lagi : Apakah kamu sanggup apabila mujahid keluar (berperang) lalu kamu masuk ke dalam masjid, kemudian kamu sholat dan tidak berhenti, kamu shoum dan tidak berbuka ?. Laki-laki tersebut berkata : Siapakah yang dapat melakukan seperti itu ? Abi Huroiroh berkata : “Sesungguhnya kuda mujahid (yang dipegang tali kudanya) dalam masa (peperangan) maka akan ditulis baginya kebaikan-kebaikan”. [Shohih Bukhori : 4/200 ]

2.Artnya : Dari Abi Sa’id al Khudri rodliyallahu ‘anhu berkata : Rosulullah ditanya Wahai Rosulullah siapakah manusia yang utama itu ? Rosulllah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Yaitu mumin yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya. Mereka bertanya lagi : lalu siapa lagi ? beliau menjawab ; (yaitu) seorang mukmin yang mengasingkan diri disebuah bukit (dia) bertaqwa kepada Allah dan menghindar dari kejelekan manusia”. [Shohih Bukhori : 4/201 ]

3. Artinya : “Saya diperintah memerangi manusia sampai mereka bersyahadat bahwa tidak ada Ilah kecuali hanya Allah dan bahwasanya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka mengucapkannya, maka amanlah dariku darah-darah mereka dan harta-harta mereka kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya terserah Allah”. [ HR. Bukhori dan Muslim. Mutawatir Shohih.]

IV. MARHALAH (FASE-FASE) PERINTAH JIHAD FIE SABILILLAH

[ Aljihadu Sabiluna : Abdul Baqi Romdhon : 17-44, Hukmul jihad wabayanuhu, fadzluhu wafadzlus syahadah warribat : Ibrahim bin abdurrohim Al Hudri : 10-12, Ahammiyatul jihad fie nasyrid da’wah Al Islamiyyah warroddi ‘ala thowaif adhdhoollah fiehi : 136 –157, Tarbiyyah Jihadiyyah. 2 : Syaikh Abdullah Azzam , Fadhlul Jihad Wal Mujahidin : Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz ]

Marhalah perintah jihad fie sabilillah ini merupakan tahapan-tahapan yang dulu dilalui oleh rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam dalam menegakkan Dien ini, dan fase-fase ini menunjukkan kondisi kaum muslimin pada saat itu. Dengan fase ini akan dapat meluruskan pemikiran kita akan makna jihad fie sabilillah dalam penegakan syari’at.

Adapun marhalah ini kami simpulkan menjadi empat marhalah :

Pertama : Jihad dakwah tanpa pedang
Pada fase ini kaum muslimin masih berada di Makkah dan baru awal kali Islam dikumandangkan, kondisi kaum muslimin saat itu masih sangat lemah, baik ditinjau dari kwantitas maupun persiapan yang diadakan.

Fase ini disebut juga dengan fase dakwah dan sabar, yakni menyampaikan Islam kepada kaum quraisy di Makkah, mendakwahkan Islam dan mensyiarkannya.. karena dakwah merupakan embrio bagi periode baru yang bakal lahir. Dan kaum muslimin sendiri baru dalam tahap perkembangan dan pembentukan.

Dakwah pada fase ini adalah paling dominan, karena pada fase ini Rosulullah baru membina dan mendidik serta mengkader generasi pertama yang militan.

Inilah beberapa ayat dan hadits serta peristiwa-peristiwa yang menerangkan bentuk jihad yang berlangsung dengan jalan damai :

1. “Serulah (manusia) kepada jalan Robmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Robmu mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An Nahl : 125)

2. “Dan Allah mengetahui ucapan Muhammad : “Ya Robku, sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak beriman”. Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah : “Salam (selamt tinggal)”. Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yagn buruk)”. (QS. Az Zukhruf : 88-89).

3. “Maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka”. (QS. Al Maidah : 13)

4. “Maka berpalinglah dari mereka dengan cara yang baik”. (QS. Al Hijr : 85).

5. “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan jihad yang besar”. (QS. Al Furqon : 52). Yakni berjihad dengan Al Qur’an.

Ayat-ayat di atas turun di Makkah sebelum turun perintah untuk berjihad melawan orang-orang kafir dengan pedang dan memerangi mereka dengan senjata.

Mengangkat pedang pada fase ini, sementara keadaan kaum muslimin masih lemah, maka bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya, sebab tindakan itu boleh jadi bisa mengakibatkan binasanya kaum muslimin dan kemusnahan mereka semua. Atau bisa jadi menyebabkan terbunuhnyarosul dn menggagalkan risalah secara total.

Ibnu Ishak berkata : “Kemudian orang-orang kafir makkah bertindak melampoi batas terhadap orang-orang yang masuk Islam dan mengikuti Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam. Maka setiap kabilah mengambil tindakan keras terhadap anggota mereka yang masuk Islam. Mereka mengurung dan menyiksa orang-orang lemah diantara mereka dengan berbagai macam cara, seperti memukuli, membuat lapar dan haus, menjemur mereka di bawah terik matahari kota Makkah dan memfitnah mereka dan Diennya”.

Umayyah bin Kholaf menyeret Bilal bin Robah ke padang pasir di siang hari ketika panas matahari menyengat kulit. Kemudian ia memerintahkan seseorang agar mengambil batu besar dan meletakkan batu itu di punggung Bilal. Kemudian ia berkata kepada Bilal, : “Demi Allah, engkau tetap seperti ini sampai mati atau engkau kafir terhadap Muhammad dan menyembah Latta dan Uzza”. Dalam keadaan demikian itu, Bilal mengucap : Ahad, ahad …..[Asshiroh Annabawiyyah Ibnu Katsir : 1/492]

Fase ini adalah fase ujian, sehingga dibutuhkannya kesabaran dan ketabahan. Rosulullah melarang para shahabatnya memerangi orang Makkah pada masa ini ketika para shahabat mintak izin untuk membalas siksaan ini, lalu beliau mencegahnya dan bersabda : “Sesungguhnya aku diperintahkan memaafkan, maka janganlah kalian membunuh”. [Annasa’I : 6/3]

Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika penduduk Yatsrib minta izin pada malam ‘Aqobah untuk memerangi penduduk Mina. “Sesungguhnya aku belum diperintahkan untuk itu”. [ Musnad Imam Ahmad Ibnu Hambal : 3/462. ]

Kesimpulan fase ini :

1. Fase Makkah adalah fase tarbiyah dan I’dad

2. Dakwah pada fase ini adalah lebih membekas

3. Kondisi masih sedikit dan lemah

Kedua : Kewajiban Jihad Difa’I (Defensif)

Setelah melalui fase pertama, yakni fase dakwah dan sabar, maka fase kedua ini Allah menurunkan ayat perintah jihad difa’ie (defensif/mempertahankan diri). Yaitu tidak memerangi terlebih dahulu sempai orang-orang kafir memerangi kaum muslimin terlebih dahulu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampoi batas, karena sesungguhnya Allah tidak suka orang-orang yagn melampoi batas”.(QS. Al Baqoroh : 190).

Atthobari berkata : “Ini adalah ayat pertama kali turun dalam soal perang di madinah munawwaroh. Ketika ayat ini turun, Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam memerangi mereka yang memerangi beliau dan mencegah diri dari memerangi mereka yang tidak memeranginya, sampai dengan turunnya surat Attaubah”. [ Tafsir Atthobari : 3/562)]

Alah berfirman : “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka”. (QS. Al Haj : 39). Yakni diizinkan kepada mereka mempertahankan diri. Disebutkan di dalam Tafsir Qur’anul ‘Adzim. Al Qouf berkata dari Ibnu Abbas. Ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad dan para shahabat beliu ketika mereka keluar dari Makkah.

Mujahid dan Dhohak berkata. Dan para ulama salaf seperti Ibnu abbas, Mujahid, Urwah bin Zubair, Zaid bin Aslam, Muqotil bin Hayyan dan Qotadah serta selain mereka : “Ini adalah ayat yang pertama kali diturunkan dalam masalah jihad. Dan ayat ini adalah Madaniyah…..[ Tafsir Qur’anul ‘Adzim Ibnu Katsir : 3/213]

Ketiga : Dibolehkannya Jihad Hujumi (Ofensif)

Kemudian turun izin memerangi orang-orang kafir dan melakukan penyerangan terhadap mereka. Sama saja apakah mereka memulai perang atau tidak. Yang demikian itu ketika orang-orang kafir terus menerus dalam tindak kedzaliman dan kesewenang-wenangan, dan tidak bergeming dari kekafiran dan kesombongannya, serta telah jauh melampoi batas perbuatan mereka. Ayat tersebut berisi izin dari Allah Ta’ala untuk berperang bukan kewajiban darinya.

Allah berfirman : “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka. (Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata : “Rob kami hanyalah Allah. Dan sekiranya Allah tidak menolak keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain tentulah telah dirobohkan Biara-Biara Nasrani, Gereja-Gereja, Rumah-Rumah ibadah orang-orang Yahudi dan Masjid-Masjid, yang di dalamnya disebut nama Allah. Seungguhnya Allah pasti menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al Hajj : 39-40).

Berkata Imam Syafi’I rohimahullah : “Tatkala telah berlalu beberapa masa bagi Rosulullah dari hijrahnya, maka Allah memberikan karunia, dalam masa-masa tersebut, atas kelompok manusia untuk mengikutinya. Dengan pertolongan Allah terbentuklah jumlah dan kekuatan kaum muslimin yang belum pernah ada sebelumnya. Lalu Allah memfardhukan jihad kepada mereka, setelah diperbolehkan.

“Telah diwajibkan atas kalian berperang…QS. Al Baqoroh : 216. QS. Attaubah : 111.

QS. Al Baqoroh : 244. QS. Muhammad : 4. QS. Attaubah : 38. 41. .. Selesai perkataan imam Syafi’i. [ Kitab Ahkamul Qur’an, Assyafi’I : 2/13]

Allah Ta’ala berfirman : “… Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu. Maka Allah tidak memberi jalan kepadamu (untuk menawan dan membunuh) mereka. Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yagn lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun ke dalamnya. Karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka dan merekalah orang-orang yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh) mereka”. QS. An Nisa’ : 90-91).

Ibnu Taimiyyah berkata tentang marhalah ini : “…. mereka (orang mukmin) belum diperintah memerangi orang yang minta damai, bahkan beliau (nabi) bersabda : Jikalau mereka berpaling, maka kembalikan pada ayat. Begitu juga dengan orang yang minta diadakan perjanjian maka oprang itupun tidak diperintahkan untuk diperangi, walaupun perjanjian damai ini merupakan akad yang boleh-boleh saja”. [Dalam kitab beliau Al Jawab As Shohihah Liman Badala Dienil Masih. 1/73, di muat dalam kitab Ahammiyatul Jihad. 143]

Keempat : Kewajiban Jihad Secara Mutlak

Kemudian turun perintah kewajiban jihad secara mutlak terhadap kaum muslimin untuk memerangi semua orang kafir, baik mempertahankan diri ataupun menyerang mereka dengan tujuan meninggikan kalimat Allah, menyebarkan dakwah-Nya dan memberlakukan syri’at-Nya di seluruh muka bumi, timur dan barat, dan kepada seluruh manusia dengan segala perbedaan bangsa, warna kulit, bahasa, negeri serta daerah mereka. Sebagaimana perintah tersebut jelas terlihat dalam ayat-ayat Al Qur’an :

“Diwajibkan atas kalian berperang, itu adalah sesuatu yang kalian benci. Boleh jadi kalian membenci seusuatu, padahal amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui”. (QS. Al baqoroh : 216).

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang berada di sekitar kalian, dan hendaklah mereka menemui kekerasan dari kalian, dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yagn bertaqwa”. (QS. Attaubah : 123).

“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Attaubah : 73).

Adapun hadits-hadits yang menerangkan hal seperti itu adalah. Seperti sabda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali hanya Allah dan esungguhnya aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah mengucapkannya, maka terpeliharalah darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haknya, dan perhitungan mereka terserah Allah”. [HR. Bukhori dan Muslim. ]

Dalam riwayat lain disebutkan : “Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali hanya Allah, menegakkan sholat dan menunaikan zakat, apabila mereka melakukan hal tersebut, maka terpeliharalah darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka terserah keapda Allah Ta’ala”. [HR. Bukhori dan Muslim. Shohihu Muslim : 1/212 ]

Dalam masalah marhalah ini banyak dari para pengarang yang berbicara tentang masalah ini. Seperti Syaikh Assarkhosyi dalam kitabnya Al Mabsud : 10/2 beliau berkata : “Adalah Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pada permulaan (dakwahnya) diperintah untuk memaafkan dan berpaling dari orang-orang musyrik. Firman Allah “Maka maafkanlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. AL Hijr : 85). Dan firmannya lagi “Maka berpalinglah kamu dari orang-orang musyrik”.QS. Al Hijr : 94. Kemudian beliau diperintahkan untuk mendakwahkan Dien ini dengan pelajaran yang baik “Serulah (manusia) kepada jalan Robmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. QS. An Nahl : 125. Kemudian beliau diperintahkan untuk memerangi orang-orang yang memulai memerangi beliau “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena mereka didzolimi”. QS. Al Haj : 39. Maksudnya diizinkan membalas serangan mereka. “Jikalau mereka memerangi kamu maka perangilah mereka”.QS. Al Baqoroh : 191. “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya”. QS. Al Anfal : 61. Kemudian Allah memerintahkan untuk memulai memerangi mereka “Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah”. QS. Al Anfal : 39. “Dan bunuhlah orang-orang musyrik dimana saja kamu jumpai mereka”. QS. Attaubah : 5. Dan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Aku diperintah memerangi manusia sampai mereka mengucapkan tidak ada Ilah kecuali hanya Allah, maka apabila mereka mengucapkannya maka terjagalah darah mereka dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam dan hisab mereka (diserahkan) pada Allah”. Maka dengan ini ditetapkanlah fardhu jihad (memerangi) orang-orang muyrikdan ini adalah kwajiban yang selalu tegak sampai hari kiamat”. [ Ahammiyatul Jihad : 144-145]

V. TUJUAN JIHAD FIE SABILILLAH

[ Ahammiyatul Jihad : 158 –191, Al jihad Sabiluna : 98-107, Attarikh Al Islamy. Mahmud Syakir : 156-162]

Jihad adalah salah satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban di dalam Islam, ia ditegakkan sampai hari kiamat, kaum muslimin diwajibkan menegakkannya agar supaya tertegak amanah yang dibebankan Allah kepada manusia di muka bumi ini, dan jihad ini tidak akan berhenti kecuali setelah Islam tersebar diseluruh penjuru dunia, tertegaklah keamanan, ketenangan serta keselamatan atau sampai habisnya kehidupan ini. Karena jihad itu paling tingginya tingkatan amal.

Rosulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kepala segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah sholat dan puncaknya adalah Jihad”. [ HR. Tirmidzi]

Adapun tujuan dasar dari jihad fie sabilillah adalah : “Menghambakan manusia hanya kepada Allah semata dan mengeluarkan manusia dari penghambaan kepada hamba dibawa kepada penghambaan kepada Robbul ‘Ibad. Menghilangkan seluruh bentuk thoghut dari muka bumi ini dan membersihkan alam ini dari kerusakan”. Sebagaimana disebutkan oleh Ust. Assyahid Sayid Qutb dalam kitabnya “Hadzaddien : 15. [ AL Jihad Wal Ijtihad. Umar bin Mahmud Abu Umar : 6]

Allah berfirman dalam hadits qudsy : Artinya : “Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-Ku itu lurus semuanya, kemudian syaitan datang kepada mereka, lalu syaitan menyelewengkan mereka dari Dien mereka, lalu syaitan mengharamkan atas mereka sesuatu yang telah Aku halalkan bagi mereka, syaitanpun memerintahkan mereka untuk mensekutukan Aku, padahal Aku belum menurunkan pada syaitan itu kekuasaan …..”[ Shohih Muslim : 17/197. Ahammiyatul Jihad : 158]

Adapun dalil dari tujuan jihad adalah.

“Dan perangilah mereka, sehingga tidak ada fitnah lagi dan Dien ini hanya untuk Allah”.(QS. Al Baqoroh : 193).

Adapun tujuan jihad fie sabilillah adalah :

1. Mencari keridhoan Allah Ta’ala

2. Untuk menegakkan dakwah Islam

Agar risalah Islam bisa tersebar ke seluruh penjuru bumi tanpa ada hambatan atau rintangan apapun yang bisa menghalangi antara da’I dan mad’u, sama saja apakah rintangan-ringatangan itu berupa ideologi, politik atau militer….. dan untuk melindungi kaum muslimin agar tidak disiksa dan palingkan dari Dien mereka, atau diancam keselamatan, kehormatan, harta dan akan fikirannya.

Allah berfirman : “Katakanlah (hai Muhammad) : “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua. Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Ilah kecuali hanya Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab) dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS. Al A’rof : 158).

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengerti”. (QS. Saba’ : 28)

“Hai Rosul. Sampaikanlah apa yang diturunkan dari Robmu. Dan jika kamu tidak kerjakan (apa yang diperintahkan itu, (berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjk kepada orang-orang kafir”.(QS. Al Maidah : 67)

Jalan yang ditempuh untuk merealisir hal tersebut adalah dengan kekuatan dakwah yang penyiarannya disertai dengan kekuatan tangan dan anggota badan, ketajaman pedang dan tombak.

Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Saya diperintah memerangi manusai sampai mereka bersyahadat bahwa tidak ada Ilah kecual hanya Allah dan bahwasanya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka mengucapkannya, maka amanlah dariku darah-darah mereka dan harta-harta mereka kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya terserah Allah”. [ HR. Bukhori dan Muslim. Mutawatir Shohih.]

3. Untuk mengokohkan (memberikan kekuasaan) kaum muslimin di permukaan bumi, dan menerapkan hukum Allah di dalamnya.

Islam datang untuk menghentikan kerusakan dan kesewenang-wenangan manusia dan mengikis kesyirikan serta kekafiran sampai ke akar-akarnya, serta membasmi tuhan-tuhan palsu, baik yang berbentuk matahari atau bulan, pohon, batu, binatang ataupun manusia.

Allah berfirman menerangkan keadaan penguasa-penguasa thoghut beserta pengikutnya pada hari kiamat : “(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang ayng mengikutinya, dan mereka melihat siksa, dan (ketika) segala hubungan antara merka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti : “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami”. Demikianlah Allah memperlihatkan kepda merka amal perbuatannya menjadi penyesalan bagi mereka, dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka”. (QS. Al Baqoroh : 166-167)

“Katakanlah : “Hai ahli kitab, kemarilah kepada kalimat yang sama, yang tiada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah keculi Allah dan kita tidak persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka : “Saksikanlah ! bahwa kami adalah orang-oang yang menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS. Ali Imron : 64).

Oleh karena itu kepala-kepala mereka yang keras membatu harus dipecahkan, singgasana dan tahta mereka mereka yagn tidak sah harus ditumbangkan, dan hukum-hukum merka yagn dholim serta menyimpang harus diganti. Kapan dan dimanapun ditemukan dan kemudian tegakkanlah sebagai gantinya syri’at Allah ‘Azza wajalla melaui tangan-tangan hamba-Nya yang beriman.

4. Ujian dari Allah untuk menyaring orang-orang beriman

Dengan jihad akan nampaklah orang mukmin yagn benar dari orang mukmin munafik yagn dusta, dan kelihatan jelasalah pemberani yagn gagah dari penakut, dan agar muncul bakat-bakat perang, kelihaian militer, kecakapan-kecakapan, kemampuan-kemampuan, potensi-potensi lain yang belum mendapatkan kesempatan serta peluang ntuk menunjukkan eksistensinya dan membuktikan jati diri mereka yang ebenarnya. Apabila pecah jihadh, mak menyamburlah sumber-sumber dan kehidupan. Allah berfirman :

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu), jika kamu mendrita kesakitan, maka sesungguhnya merkapun merasakan kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderita, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yagn tidak mereka harapkan.dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. Annisa’ : 104).

“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tangamu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yangberiman. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yagn dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang0orang yagn berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, rosul-Nya dan orang-orang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yagn kamu kerjakan”. (QS. Attaubah : 14-16). [ Al Jihad Sabiluna : 98-107]

5. diibadahinya Allah dan tidak disekutukan

6. dicegahnya kedloliman dan berbagai macam bentuknya

7. menjadikan dakwah tidak stagnasi

terjaganya kaum muslimin dari bersendau gurau dalam urusan diantara mereka. (seperti menunaikan zakat dan syari’at lainnya. [Attarikh al Islami Mahmud Syakir : 9/156-162]

8. Menolak pelampouan batas orang-orang yang berlaku melampoi batas kepada orang Islam

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampoi batas, karena sesungguhnya Allah tidak suka orang-orang yang melampoi batas”. (QS. Al Baqoroh : 190)

10. Menghilangkan fitnah dari manusia sampai mendengarkan dalil-dalil tauhid dari selain orang yang onar dan sampai merka melihat undang-undang Islam itu relevan, agar supaya mereka mengerti (bahwa isi UUD) itu keadilan dan demi kemaslahatan manusia

11. Menjaga negara Islam dari kejahatan orang-orang kafir

Assyahid Sayyid Qutb berkata : “Sebenarnya menjaga negara Islam itu (termasuk) menjaga aqidah dan manhaj manhaj serta masyarakat yang berpijak diatas manhaj tersebut, akan tetapi menjaga negara Islam itu bukan sasaran klimak dan bukan pula tujuan akhir bagi harokah jihadiyah Al Islamy. Hanyasanya penjagaan terhadap negara Islam merupakan wasilah untuk tegaknya kekuasaan Allah di dalamnya. Kemudian janganlah kamu menjadikannya sebagai dasar berpijak ke bumi dan kepada beranekanya manusia secara keseluruhan, karena beranekanya manusia itu merupakan dasar Dien di bumi ini, adapun bumi adalah tempatnya yang besar”. [ Tarsir Fie Dzilalil Qur’an : 3/1441]

12. Membunuh orang-orang kafir.

“Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Dehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh bebaskan mereka atau menerima tebusan sampai berhenti perang…”.(QS. Muhammad : 4).

13. Menakut-nakuti orang kafir dan melemahkan merka serta menghinakan mereka.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang akamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain yang kamu tidak mengetahuinya…….”. (QS. Al Anfal : 60)

“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyikasa dengan (perangtara) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan menghilangkan panas hati orang-oarng mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS. Attaubah : 14-15). [Ahammiyatul Jihad : 172-180]

VI. URGENSI JIHAD DALAM PENEGAKAN SYARI’AT

Allah Subhanahu waTa’ala berfirman : “Seandainya Allah tidak menolak keganasan sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allahlah yang mempunyai karunia atas semesta alam”. (QS. Al Baqoroh : 251)

Ibnu Abbas rodhiyallaahu ‘anhu berkata : Jikalau Allah tidak menolak musuh-musuh itu dengan tentara kaum muslimin sungguh menanglah orang-orang muyrik, maka mereka pasti membunuh orang-orang mukmin dan meruntuhkan negara-negara dan masjid-masjid”. [ Tafsir Al Jamami’ Liahkamil Qur’an LilQurtubi : 3/260]

“Dan sekiranya Allah tidak menolak keganasan kaum dengan kaum yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang yahudi dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Kuasa”. (QS. Al Haj : 40).

Al Qurtubi rohimahullah berkata : “Jikalau Allah tidak mensyari’atkan kepada para Nabi dan kaum mukminin memerangi musuh-musuhnya, sungguh mereka (kaum muslimin) akan dikuasai oleh orang-orang musyrik, dan mereka (orang-orang musyrik) akan menghilangkan keterangan yang disampaikan oleh pendeta-pendeta berbagai agama dari tempat-tempat peribadahan. Akan tetapi Allah) menolak dengan (cara) mewajibkan berperang agar ahluddien leluasa untuk beribadah. Adapun jihad itu urusan yang telah (ada) sejak pada ummat terdahulu, dan dengan jihad maka baiklah syari’at ini dan berkumpullah para ahli ibadah. Seakan-akan (Alah) berfirman : “Telah diizinkah berperang, maka hendaknya berperanglah orang-orang mukmin”, kemudian dikuatkan dengan firman Allah : “Jikalau Allah tidak menolak keganasan suatu kaum”. Maksudnya : Jikalau jihad dan qital (itu tidak ditegakkan), sunguh alhaq itu akan kalah di setiap ummat, maka barangsiapa yang mendapati orang Nasroni dan Shobi’in, (maka) jihad adalah peruntuh madzhabnya. Kalau begitu jikalau tidak ada qital (maka) dien ini tidak ada yang membela”. [ Tafsir Al Jamami’ Liahkamil Qur’an LilQurtubi : 12/70]

Syaikh assyahid DR. Abdullah Azzam berkata :“Sesungguhnya orang-orang yang mengira, bahwa Dien ini akan menang dan tegak dengan tanpa jihad, qital (perang), darah dan jiwa raga. Mereka adalah orang-orang yang bingung. Ketahuilah ! kehidupan kalian adalah jihad, kemuliaan kalian adalah dengan jihad dan exsistensi kalian itu terikat erat dengan jihad”.

Dalam kesempatan lain beliau berkata :“Sesungguhnya orang-orang yang ingin merubah (kondisi) masyarakat dengan tanpa jihad dan qital, mereka adalah orang-orang yang tidak mengerti tabiat Dien ini. Ketahuilah ! kehidupan kalian adalah dengan jihad dan kemuliaan kalian itu dengan jihad”. [ Lihat dalam kitab ‘Usyaqul Hur : Syaikh abdullah Azzam]

Kalau kita mau menengok ke belakang, kepada perjalanan para ummat terdahulu yang sholih, maka kita akan dapati perjalanan kehidupan mereka dihiasi dan sarat dengan jihad, dan syari’at ini telah ditegakkan dengan tumpahan darah para syuhada’ dan melayangnya kepala para mujahidin yang perwira di medan jihad. Dari mulai perang Badar sampai pada perang-perang yang lain, dari zaman Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam sampai para shahabat, peperangan merupakan jalan yang di tempuh mereka untuk menegakkan panji-panji ini. Karena jikalau jihad ini tidak ditegakkan, maka Islam dan kaum muslimin akan dihinakan dan Allah tidak akan dijadikan satu-satunya Ilah yang ditaati dan diibadahi.

Kalau kita membaca lembaran-lembaran kitab sirah tentang perjalanan para salaful ummah dalam menegakkan Dien, maka akan kita dapati bahwa kehidupan mereka sangat erat sekali dengan jihad, sehingga rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :”Sesungguhnya siyahah ummatku adalah Jihad fie sabilillah”. [ Sunan Ibnu Majah. Bab Jihad : 383. (No. Hadits : 2486]

Perang yang terjadi awal kali pada kehidupan Rosulullah adalah perang badar, yang mana perang ini merupakan embrio tegaknya Dien ini dan terwujudnya exsistensi kaum muslimin di muka bumi ini. Karena jikalau peperangan ini kaum muslimin kalah, maka Allah tidak akan sekali-kali diibadahi. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berdo’a saat genting dalam perang Badar :

Artinya : “Ya Allah ! Penuhilah bagiku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, sesungguhnya aku mengingatkan-Mu akan sumpah dan janji-Mu”.

Artinya : “Ya Allah ! jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi. Ya Allah ! kecuali jika memang Engkau menghendaki untuk tidak disembah untuk selama-lamanya setelah hari ini”. [Arrohiqul Makhtum. Syaikh Shofiyyur Rohman Mubarokfuri : 197]

Ini menunjukkan bagaimana urgennya jihad dalam penegakan Dien dan penjagaannya. Dengan itu Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kepala urusan ini adalah Islam, dan tiangnya adalah sholat dan puncak (dari segala amal) adalah jihad”. [HR. Tirmidzi]

Penegakan syariat sangat erat sekali hubungannya dengan penegakan ” lailahaillalaha’ di muka bumi ini. Karena inti sari penegakan syri’at adalah bagaimana Allah menjadi satu-satunya Ilah yang ditaati dan ditunduki segala perntah-Nya dan ditinggalkan seluruh larangan-Nya.

Dalam rangka mewujudkan ini pula tentara Islam bertolak dari Madinah ke seluruh penjuru Jazirah Arab, kemudian ke negeri-negeri Persia dan Romawi. Exspedisi pasukan itu dikirim dari seluruh ibu kota kekholifahan – yang berpindah selama tiga belas abad dari Madinah ke Damsyik, ke Baghdad, kemudian ke Kairo, dan terakhir ke Konstantinopel – dan pasukan-pasukan kebenaran berlalu terus membawa bendera Islam melewati berbagai sudut bumi.

Sungguh, sasaran dakwah kaum muslimin selama pengembaraan dakwah ini hanyalah satu : Sasaran dakwah beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam di Makkah sama dengan sasaran dakwah beliau ketika menghancurkan berhala-berhala di Makkah, dan sama juga dengan sasaran yang dituju ketika mengirim tentara merambah bumi.

Dengan ungkapan yang indah Rubi’ bin amir, seorang prajurit kavaleri muslim, berbicara tentang sasaran ini ketika ditanya oleh Rustum, panglima persia, “Apa yang mendorong kalian datang di sini” ? Rubi’ menjawab : “Sesungguhnya Allah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja diantara manusia yang menghendaki, dari pengabdian kepada sesama hamba menuju pengabdian kepada Robbul ibad, darikelaliman agama-agama kepada keadilan Islam, dan dari kesempitan dunia kepada kelapangan akhirat”. [ Ikrar perjuangan Islam. DR Najih Ibrahim.’Ashim Abdul Majid.Ishomuddin Darbalah : 144]

Syaikh Abdullah Azzam mengungkapkan tentang penegakan jihad dalam penyebaran tauhid : “Tauhid tidak akan mngkin mapan dipermukaan bumi tanpa perantaraan pedang. Orang-orang yang hendak menyebarkan tauhid di permukaan bumi, maka mereka harus mengangkat pedang. Orang-orang yang hendak mensucikan aqidah manusia, maka mereka harus membawa senapan dan turun bersama orang-orang Afganistan. Dan jalan inilah, segala bid’ah dapat diberantas. Dengan jalan inilah hijab dan syi’ar agama yang lain akan tetap wujud. Dengan jalan inilah, manusia mengenal Rob mereka. Dengan jalan inilah kalian akan mengenal sifat-sifat Allah ‘Azza wa Jalla bersemayam di atas ‘Arsy-Nya, terpisah dari ciptaan-Nya, di atas langit yang ke tujuh. Dan sesungguhna Allah mempunyai tangan, dan tangan Allah itu bukan qudroh/kekuasaan-Nya. Istiwa’ (bersemayamnya Allah) itu maklum (diketahui), bagaimana istiwa’nya Allah itu majhul (tidak diketahui), mengimaninya adalah wajib dan menanyakannya adalah bid’ah. Itu benar itu adalah aqidah kita dan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. Dan ini adalah aqidah Abu hanifah. Dalam kitab fiqh akbar beliau menegaskan : “Allah mempunyai tangan, tapi kami tidak mengatakan bahwa tangan Allah adalah qudroh-Nya. Karena mengatakan seprti itu adalah takwil (interpretasi). Sedangkan takwil itu serupa dengan ta’til (meniadakan).

Kita mempercayai dan myakini aqidah ini, akan tetapi bagaimana cara kita menyebarkannya kepada ummat manusia? Cara menyebarkannya tiada lain ialah dengan pedang, sehingga hanya Allah sajalah yang disembah dimuka bumi ini, dan tiada lagi sekutu bagi-Nya. Inilah yang dinamakan tauhid Uluhiyyah. “Dan dijadikan rizkiku berada di bawah bayangan tombakku”.

Rizki dan tombak. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengungkapkannya dengan tombak, oleh karena tombak lebih panjang dari pedang. Adapun pengertian rizki itu sangat luas.

“Dan dijadikan hina dan rendah orang-orang yang menyelisihi urusanku”.

Maksudnya ialah : Yang meninggalkan jihad, pedang dan tombak. Orang yang seperti ini akan direndahkan dan dihinakan.

“Barangsiapa menyerupakan dirinya dengan suatu kaum, maka dia tergolong diantara mereka”.

Serupa dalam hal ini ? yakni cinta dunia dan benci mati. Karena itu, kami tidak merasa bimbang ataupun malu untuk menerangkan aqidah ini, aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. Yakni : Jihad itu akan tetap terus berlanjut sampaihari kiamat. Tidak dapat dihentikan oleh penyimangan orang yang lalim maupun keadilan orang yang adil”…… habis perkataan assyahid. [Terjemahan Tarbiyah Jihadiyah. 2/74-76. Al Alaq. Cetakan kedua. April 1995]

Beliau Assyahid Abdullah Azzam juga menyindir orang-orang malas berjihad : “Memperbaiki diri hanya dengan santai-santai, duduk-duduk du masjid, menikmati wewangian, serta memberati perasaan, lalu puas dengan hal-hal yang demikian namun malas dan enggan berjihad fie sabilillah merupakan senda gurau dan main-main bahkan mempermainkan agama Allah. Padahal kita diperintahkan berpaling menjahui mereka, sesuai dengan firman Allah :“Dan tinggalkanlah orang-oarng yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia”. (QS. Al Maryam”. (QS. Al an’am : 70)

Berhayal dengan angan-angan indah tanpa memeprsiapkan diri guna meraihnya adalah kondisi jiwa yagn kerdil yang tiada punya semangat merengkuh puncak gunung dan terbang menggapai bintang-bintang. [ Terjemahan dari kitab Wasyiyyah syaikh DR abdullah Azzam : 20-21. (Pustaka Amanah. Cet. Ke-tiga. 8-1997)]

Para Ahli Ushul Fiqh menyatakan :

“Jihad itu adalah dakwah dengan kekuatan, oleh sebab itu wajib pelaksanaannya dengan sekuat tenaga sehingga di dunia ini hanya ada muslim atau orang-orang kafir yang mau menyerah kepada

pemerintahan Isklam dengan membayar jizyah (pajak) kepada pemerintah tersebut”. [Membela tanah air ummat Islam. DR. Abdullah Azzam : 27. (Pustaka Majdi. Cet. Pertama.1-1992)]

Beliau menyampaikan lagi : “Wahai saudara-saudaraku selakian ! Dengan jihadlah kemuliaan kita, dengan jihadlah kita menjaga kebersihan kita, dengan jihadlah kita mengambil hak kita, dan tanpa jihadlah maka kita tidak mempunyai harga diri di dunia dan exsistensi di akhirat kelak”.

Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadan menganiaya diri. (Kepada mereka) malaikat bertanya : Dalam keadaan bagaimana kamu ini ? mereka menjawab : Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri. Para malaikat berkata : Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ? orang-orang itu tempatnya neraka jahannam. Dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali merka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-ank yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah). Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun”. (QS. Annisa’ : 97-99). [ Attarbiyyah Al Jihadiyyah Wal bina’. DR. Abdullah Azzam. 11/125. (arabnya. Cet. 1991 M)]

Beliau mengungkapkan lagi : “Jihad itu adalah perisai ummat yang kokoh dan tameng yagn kuat. Yang melindungi agama Allah di zaman ini dan disetiap zaman sampai hari kiamat, tidak mungkin suatu prinsip ideologi bisa tegak, kebenaran dapat menang, dan nilai-nilai agama bisa tegak di atas landasannya kecuali jika jihad itu eujud andanya, mustahil suatu prinsip itu bisa menang kecuali dengan perang.

Karena itu tugas para nabi dan rosul di dunia sangat sulit, kewajiban mereka sangat sukar, karena tegaknya ideologi mesti diperjuangkan dengan peperangan demi kemenangannya. Firman Allah :

“Maka mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkankan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai”.(QS. Attaubah : 33).

Dua ayat ini datang di dua tempat dalam Al Qur’an yang menyebutkan qital. Yakni mengenai menyebarkan agama Islam di muka bumi dan kemenangan segala ideologi dan agama yang ada. Lalu di surat Attaubah : 29-32. Asshof : 4. 8. 10-11.

Jihadlah yang menjamin tersebarnya agama ini. Tanpa jihad, tanpa pedang maka tidak akan mungkin bagi agama ini mendapatkan kedudukan di muka bumi. Oleh karenanya, tidak akan mungkin dapat dibendung kekuatan orang-orang kafir itu kecuali dengan perang. Jika tidak ada peperangan, maka syirik akan menginjak-injak bumi. “Dan perangilah mereka !”. kenapa ? “Sampai tidak ada finah”, sehingga tidak ada syirik (fitnah itu syirik). “Sehingga agama itu semata-mata bagi Allah”. Artinya perang itu akan tetap tarus berlanjut sampai hari kiamat, sehingga permukaan bumi seluruhnya menjadi Islam.

“Sungguh perkara (agama) ini akan sampai jauh apa yang telah dilaui oleh malam dan siang. Tak tertinggal sebuah rumah di kota maupun di desa (sama saja apakah rumah itu di desa atau di kota, rumah dari tanah atau dari batu atau kemah. Karena orang-orang Badui disebut sebagai Ahlul Wabr, yang hidupnya tidak menetap dan Ahlul Mal, pengembala onta, orang-orang yang menetap tinggal disebut Ahlul Madar, penduduk kota atau desa), kecuali Allah akan memasukkan agama ini ke dalamnya dengan kemuliaan orang yang mulia atau dengan menghinakan orang yang hina. Kemuliaan yang akan menguatkan agama Allah dan kehinaan yang akan menghinakan orang-orang kafir”.Hadits ini shohih. Diriwayatkan oleh Ahmad, Addarimi serta yang lain.

“Maka berperanglah kamu di jalan Allah, sebab tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri …..

kenapa harus berperang ?

“Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksa-Nya”. (QS. Annisa’ : 84)

Tidak dapat ditolak kekuatan orang-orang kafir kecuali dengan perang, kecuali dengan perang dan menggelorakan semangat kaum muslimin untuk berperang. [Terjemahan Tarbiyah Jihadiyah. 2/59-63.(Al alaq. Cet. Kedua. April-1995)]

VII. PENUTUP

Alhamdulillah. Dengan izin Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Telah selesailah makalah ilmiyah ini. Semoga makalah ini berguna bagi saya pribadi dan bagi kaum muslimin pada umumnya. Jikalau ada kekurangan dan kesalahan itu datangnya dari saya dan dari syaitan, dan jika ada kebenaran itu datangnya dari Allah yang harus kita ikuti. Saya pribadi mengharap saran dan kritik dari para pembaca makalah ini jikalau ada kekurangan atau kesalahannya. Atas perhatiannya saya ucapkan Jazakumullah khoiro.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

1. Membela tanah air ummat Islam. DR. Abdullah Azzam Pustaka Majdi. Cet. Pertama.1-1992

2. Attarbiyyah Al Jihadiyyah Wal bina’. DR. Abdullah Azzam.. (arabnya. Cet. 1991 M)

3. Ikrar perjuangan Islam. DR Najih Ibrahim.’Ashim Abdul Majid.Ishomuddin Darbalah

4. Terjemahan Tarbiyah Jihadiyah.. Al Alaq. Cetakan kedua. April 1995

5. Terjemahan dari kitab Wasyiyyah syaikh DR abdullah Azzam : 20-21. (Pustaka Amanah. Cet. Ke-tiga. 8-1997)

6. Tafsir Al Jamami’ Liahkamil Qur’an LilQurtubi

7. ‘Usyaqul Hur : Syaikh abdullah Azzam

8. Sunan Ibnu Majah

9. Arrohiqul Makhtum. Syaikh Shofiyyur Rohman Mubarokfuri

10. Attarikh al Islami Mahmud Syakir

11. Tarsir Fie Dzilalil Qur’an

12. Tafsir Qur’anul ‘Adzim Ibnu Katsir

13. Kitab Ahkamul Qur’an, Assyafi’I

14. Al Jawab As Shohihah Liman Badala Dienil Masih.

15. Asshiroh Annabawiyyah Ibnu Katsir

16. Musnad Imam Ahmad Ibnu Hambal.

17. Tafsir Atthobari

18. Aljihadu Sabiluna : Abdul Baqi Romdhon

19. Hukmul jihad wabayanuhu, fadzluhu wafadzlus syahadah warribat : Ibrahim bin abdurrohim Al Hudri

20. Ahammiyatul jihad fie nasyrid da’wah Al Islamiyyah warroddi ‘ala thowaif adhdhoollah fiehi

21. Fadhlul Jihad Wal Mujahidin : Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz

22. Lisanul ‘Arob Ibnu Mandzur

23. Fathul bari

24. Irsyadus Sari

(an najah/8-mei-2010)

PUNK; DARI IDE KEBEBASAN, PERLAWANAN HINGGA BUDAYA YAHUDI

Siang itu, terik matahari begitu menyengat. Namun, panasnya terik matahari tak membuat Aji mengurungkan niatnya untuk tetap bernyanyi. Di perempatan lampu merah yang berada tepat di depan sebuah mall kawasan Jakarta, punkers belia ini malah sibuk menjajakan suaranya yang parau. Baginya, terik panas matahari merupakan sahabat.

"Tanpa matahari, tidak akan ada kehidupan. Kita harus pandai memanfaatkan sinar ciptaan Tuhan ini," ujar punker belia ini filosofis. Umurnya baru 15 tahun, masalah ekonomi dan keluarga mendorongnya bersahabat dengan jalanan.

Aji
hanyalah sekelumit dari sekian ribu generasi muda anak bangsa di rumah besar yang bernama Indonesia. Di Negara yang mayoritas muslim ini ribuan generasi muda termobilisasi ke kehidupan jalanan. Punk adalah salah satu fenomena kehidupan jalanan yang cukup mengkhawatirkan, selain jumlahnya semakin meningkat, menurut riset Suara Islam keberadaannyapun telah dieksploitasi untuk kepentingan bisnis dan ekonomi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Siapa Mereka?

Para punker biasanya datang secara berkelompok berkumpul dari satu tongkrongan ke tongkrongan yang lain. Sekilas mereka bercirikan: rambut mohawk, jaket penuh spike, kaos hitam bergambar band-band punk dengan berbagai slogan anti kemapanan. Kaki mereka dibalut celana pipa ketat dan mengenakan sepatu boot, ada juga yang hanya bersandal jepit.

Mereka nongkrong di beranda depan pusat perbelanjaan, pasar-pasar ataupun pusat keramaian. Tidak jarang mereka juga menempati lahan kosong yang tak berpenghuni untuk sekedar melepas penat, setelah seharian berada di jalanan, sambil asik ngobrol dan bermain musik. Dengan ukulele (kentrung), gitar dan jimbe mereka menyanyikan lagu-lagu sambil menggali makna dari lirik lagu, dan di sinilah proses belajar dan mengajar secara tidak langsung terjadi di komunitas ini secara alamiah.

Sebagian besar anak-anak itu memilih hidup di jalanan. Ada yang masih sekolah, banyak juga yang putus sekolah. Sebagian besar mereka berlatar belakang dari keluarga miskin kota, yang tinggal di kampung-kampung padat penduduk; Kali Pasir, Mampang, Kota, Matraman, Kampung Melayu, Cakung, Cengkareng, Cipinang dan lain sebagainya. Bahkan ada yang datang dari kota-kota seperti Medan, Batam, Serang, Bandung, Indramayu, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Denpasar, Makasar, Manado, dan kota-kota lainnya.

Mereka bergerak bukan hanya dari satu tongkrongan ke tongkrongan yang lain, akan tetapi secara nomaden dari satu daerah kedaerah lainnya. Pantura menjadi rute utama yang mereka lewati. Dengan modal menumpang truk-truk besar, secara bergerombol mereka melintasi batas dengan pakaian yang kotor penuh najis. Gerombolan punk hampir pasti dapat kita lihat di perbatasan pantura bagai konvoi kendaraan yang tidak pernah selesai. Mereka adalah anak-anak muslim yang pasti meningggalkan ibadah sholat, pakaian mereka penuh najis, kotor dan tidak terurus.

Punk menyimpan kekhawatiran yang cukup besar dibenak umat Islam, kedepan ini juga akan menjadi bola salju. Keberadaan mereka akan menjadi momok yang cukup luar biasa jika tidak ditangani oleh pihak-pihak yang terkait dalam hal ini institusi negara yang seharusnya punya peran besar dalam melakukan rehabilitasi terhadap dunia punk.

Ulama juga punya tanggung jawab yang sama karena menjadi instrument dasar di tengah masyarakat. Ulama adalah soko guru masyarakat contoh tauladan, ulama bisa mewarnai bahkan membentuk masyarakat. Jika kita telusuri peran ulama dan keberadaan punk di jalan-jalan hampir pasti peran umalama masih nihil dalam konteks melakukan advokasi terhadap komunitas jalanan ini.

Mereka Hippies Bukan Punk

Bagi seorang punk, jalanan adalah kehidupan. Di jalanan mereka bertemu dengan orang-orang, di jalanan mereka saling berbagi pengetahuan, di jalanan mereka berdagang, di jalanan mereka menyuarakan kebenaran melalui nyanyian. Pada 1980-an, terjadi bentrokan hebat antara punker dan hippies, karena perbedaan persepsi tentang kehidupan di jalanan.

Bagi hippies, jalanan adalah ruang publik sebagai tempat mereka mengekspresikan kemuakan akan kehidupan yang diwarnai perang dan ancaman nuklir. Di jalanan mereka berdemonstrasi membagi-bagikan bunga, seks bebas (war no, sex yes) dan menenggak obat-obatan (drugs) –mereka ingin lari (escape) dari kehidupan ini.

Kebalikannya, punk melihat kehidupan ini sebagai projeksi, tergantung si individu itu untuk melakukan perubahan. Perubahan itu dimulai dari yang tidak ada, doing more with less, menjadi sesuatu yang ada dan berarti. Punk tak pernah lari dan sembunyi ketika dihadapkan pada problematika kehidupan. “Hadapi, dan tuntaskan”, ujar encek.

Melihat fenomena gerombolan yang beratribut punk yang nongkrong, mabuk dan mondar-mandir di Jakarta akhir-akhir ini, tidak perlu dipertanyakan lagi. “Mereka bukan punk, mereka hanya beratribut punk tetapi jalan hidupnya adalah hippies”. Hanya hippies yang lari dari kehidupan, dengan nenggak minuman dan obat-obatan (drugs), mereka lari dari kenyataan, lanjut Encek anak punk Jakarta Selatan.

Mereka masih berusia belasan tahun, tiba-tiba memutuskan berhenti sekolah dan lari dari rumah, karena terpengaruh teman-teman nongkrong. Mereka menenggak minuman dan menelan puluhan tablet dextro (tablet obat batuk yang disalahgunakan untuk mabuk). Banyak dari mereka adalah perempuan berusia dini dan menjadi korban pelecehan seksual.

Bagi mereka, punk sebatas tempat pelarian. Lari dari kesumpekan rumah. Lari dari tekanan hidup. Lari dari tanggungjawab. Lari dari kenyataan. Di kepala mereka, dengan berpenampilan diri seperti punker, mereka bisa bebas dari segala bentuk tekanan hidup, bebas semau-gue, bebas nenggak minuman atau menelan puluhan tablet dextro, bebas mengekspresikan diri sebebas-bebasnya walau masyarakat di sekitarnya terganggu.

Punk, Exploitasi, Bisnis dan Kemiskinan

Masyarakat awam sampai saat ini mungkin masih memandang Punk sebagai sebuah organisasi yang terpusat dan berada pada satu komando tertentu. Pada kenyataannya, punk adalah satuan-satuan kecil komunitas yang menyebar. Di luar itu, adalah massa cair seperti yang dipresentasikan para gerombolan yang beratribut punk di jalanan.

Masalah ekonomi, kemiskinan, dan keluarga ternyata masih menjadi arus utama lahirnya komunitas punk. Latar belakang ini tidak hanya terjadi di tempat di mana punk dilahirkan, akan tetapi kemudian merambah ke seluruh dunia, Amerika bahkan kini sampai kepada anak muda Indonesia. Sebuah modul gaya hidup ala punk menyebar hampir tidak terkendali.

Di Indonesia muncul masalah baru yang sangat unik, modus baru yang Suara Islam temui di salah satu jalanan ibu kota, yaitu terkuaknya eksploitasi anak jalanan dengan modus anak punk. Mereka didandani ala punk kemudian dikirim ke titik-titik uang, di mana lampu merah dan perempatan adalah lahan subur mendulang uang.

Sumber Suara Islam menyebutkan mereka didandani dan tempatkan di wilayah-wilayah tertentu hanya untuk mendulang uang. Proses rotasi kadang dilakukan jika sudah selesai waktu kerja mereka dijemput dengan mobil.

Punk Muslim Memberi Jawaban

Punk di negeri ini mungkin sudah lama diperbincangkan, mulai dari kampus, kelompok studi, sampai seminar di hotel berbintang lima. Namun, untuk mengurai persoalan ini ternyata tidaklah mudah sebab menyangkut berbagai persoaalan yang mendahuluinya, sebut saja permasalahan kemiskinan dan keluarga sebagai domain utama permasalahan ini.

Inilah fenomena baru, ngaji di kalangan anak Punk. Mereka mengeindetitaskan pengajian komunitas underground itu dengan sebutan Punk Muslim (PM). Mereka adalah sisi lain punker. Suara Islam menemui mereka di bilangan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Kebetulan Ahmad Zaki kordinator pengajian PM sedang menggelar walimahan adiknya.

Ambon, Asep, Mongxi, dan Lutfi Tidak seperti anak-anak punk kebanyakan, personil PM ini jauh dari fashion punk. Mereka sederhana dan seperti anak muda kebanyakan.

“Kemiskinan dan kebodohan adalah salah satu yang menyebabkan mereka turun kejalan”, ujar Zaki panggilan akrab kordinator pengajian PM.

Menurut Ambon permasalahan keluarga dan ekonomi adalah penyebab dirinya dulu melarikan diri ke jalan, “Di sana kita menemukan tempat yang nyaman untuk berlindung”. Ambon juga menambahkan, “Sebenarnya walaupun keluarga miskin asal pendidikan agama dalam keluarga berjalan dengan baik mereka tidak akan melarikan diri ke jalan”, lanjutnya.

Keberadaan PM sebenarnya untuk meminimalisir jumlah ataupun populasi anak punk yang berada di jalan-jalan. “Kami merekrut sebanyak banyaknya anak punk dan meminimalisisr keberadaan PM sendiri, artinya PM adalah tempat terakhir, yaitu sebagai tempat masa transisi ke dunia awal”. Diharapkan mereka kembali ke kehidupan normal dan kembali kepada fitrah manusia. (voice of al islam/20-05-2010/j aka setiawan)

Selasa, 04 Mei 2010

Tujuan Utama Dakwah Setan

At Tauhid edisi VI/01
Oleh: M. Saifudin Hakim

Di antara bentuk dosa yang dilalaikan dan dipandang remeh oleh kaum muslimin adalah dosa kesyirikan. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang bahaya syirik. Semoga dengan pembahasan ini dapat mengubah pandangan kita selama ini tentang bahaya kesyirikan yang mungkin belum kita ketahui.
Syirik Merupakan Salah Satu Pembatal Islam
Di antara sebab terbesar batalnya Islam seseorang adalah berbuat syirik kepada Allah Ta’ala. Yaitu dengan beribadah kepada selain Allah Ta’ala, di samping juga beribadah kepada Allah, seperti bernadzar kepada selain Allah, bersujud kepada selain Allah, atau meminta pertolongan kepada selain Allah dalam hal-hal yang tidak ada yang bisa memenuhinya kecuali Allah Ta’ala saja. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maidah [5]: 72)
Allah Ta’ala berfirman yang artinya,“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang tingkatannya di bawah (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 48)
Oleh karena itu, kesyirikan adalah dosa yang paling berbahaya, namun banyak dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai muslim dan mengucapkan “laa ilaaha illallah”. Mereka memang melaksanakan shalat dan puasa. Akan tetapi mereka mencampur amal ibadah mereka dengan syirik akbar, sehingga mereka pun keluar dari Islam.
Syirik Merupakan Tujuan Utama “Dakwah” Setan
Tauhid merupakan fitrah yang Allah Ta’ala ciptakan untuk manusia. Setiap manusia yang ada di dunia ini terlahir di atas fitrah tauhid, meskipun dia dilahirkan oleh orangtua yang musyrik. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,“Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari tulang punggung mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ’Bukankah Aku ini Rabb-mu? ’Mereka menjawab,’Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.’” (QS. Al-A’raf [7]: 172)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Tidak ada satu pun anak yang dilahirkan kecuali dilahirkan di atas fitrah. Orang tuanya-lah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti seekor hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat (sama persis dengan induknya), apakah Engkau merasakan adanya cacat padanya?“ (HR. Bukhari no. 1385 dan Muslim no. 6926)
Karena manusia dilahirkan di atas fitrah tauhid, maka setan akan berusaha mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyesatkan manusia agar mereka menyimpang dari fitrah tauhid tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya Rabb-ku memerintahkanku untuk mengajari kalian apa-apa yang belum kalian ketahui. Di antara hal-hal yang diajarkan kepadaku hari ini adalah, setiap harta yang Aku berikan kepada hamba-Ku, maka (menjadi) halal baginya. Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-Ku seluruhnya dalam keadaan hanif (menjadi seorang muslim, pen.). Kemudian datanglah setan kepada-Nya yang menjadikan mereka keluar dari agama mereka. Serta mengharamkan hal-hal yang Aku halalkan untuk mereka. Dan juga menyuruh mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangan tentang itu … ” (HR. Muslim no. 7386)
Setan sendiri telah berjanji di hadapan Allah Ta’ala bahwa dia akan berusaha untuk mengubah fitrah yang telah Allah Ta’ala ciptakan untuk manusia. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,“Yang dilaknati Allah dan setan itu mengatakan, ’Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan (untuk saya). Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya. Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar mereka mengubahnya’. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa’ [4]: 118-119)
Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud ayat,”Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah)”. Adapun pendapat yang paling tepat sebagaimana yang dipilih oleh Abu Ja’far Ath-Thabary rahimahullah adalah, ”Mengubah agama Allah.” (Lihat Tafsir Ath-Thabary, 9/222)
Syaikh Muhammad Asy-Syinqithi rahimahullah menjelaskan,”Sebagian ulama mengatakan bahwa makna ayat ini adalah setan menyuruh mereka untuk kafir dan mengubah fitrah agama Islam yang telah Allah Ta’ala ciptakan untuk mereka. Perkataan ini dijelaskan dan ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala (yang artinya), ‘(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus’ (QS. Ar-Ruum [30] : 30). Maksudnya adalah, janganlah mengubah fitrah yang telah diciptakan atas kalian dengan (mengerjakan) kekafiran”. (Tafsir Adhwa’ul Bayan, 1/341)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata,”Sesungguhnya setiap orang dilahirkan di atas fitrah (yaitu tauhid, pent.). Akan tetapi orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nasrani, Majusi, atau yang semisalnya dari fitrah yang telah Allah tetapkan kepada hamba-Nya. Fitrah itu adalah mentauhidkan Allah, mencintai-Nya, dan mengenal-Nya. Setan akan memburu mereka dalam masalah ini sebagaimana binatang buas yang memburu seekor kambing yang terpisah dari kawanannya”. (Tafsir Taisir Karimir Rahman, hal.204)
Dari sini jelaslah bahwa tujuan utama “dakwah” setan adalah menjerumuskan manusia ke dalam kesyirikan. Karena ketika manusia sudah terjerumus ke dalamnya, maka batal-lah tauhidnya. Dan ketika tauhidnya sudah batal, maka sebanyak apa pun amal shalih yang diperbuatnya, semuanya akan menjadi sia-sia belaka. Sehingga setan pun tidak mempunyai kepentingan lagi untuk mengganggunya.
Oleh karena itu, kita kadang melihat orang-orang yang berbuat syirik dengan beribadah di makam orang-orang shalih, mereka beribadah dengan melaksanakan shalat, berdzikir, atau membaca Al Qur’an dengan penuh kekhusyu’an. Bahkan bisa jadi mereka beribadah di sisi makam tersebut semalam suntuk tanpa merasa lelah dan mengantuk. Sesuatu yang mungkin sangat sulit dilakukan oleh orang-orang selain mereka. Demikianlah, kekhusyu’an mereka itu tidak lain karena memang setan tidak lagi mempunyai kepentingan untuk mengganggu ibadahnya tersebut. Karena setan sudah mengetahui, bahwa sebanyak apa pun amal ibadah yang mereka lakukan semuanya akan sia-sia belaka dan tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala.
Syirik Merupakan Dosa yang Tidak Akan Diampuni Jika Tidak Mau Bertaubat
Allah Ta’ala berfirman,”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang tingkatannya lebih rendah dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 48)
Ayat ini menunjukkan betapa berbahayanya dosa syirik karena Allah Ta’ala tidak akan mengampuninya kecuali jika pelakunya bertaubat darinya. Padahal, ampunan dan rahmat Allah Ta’ala sangatlah luas dan meliputi segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Hajj [22]: 60)
Hal ini diperkuat oleh hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang wanita sedang menggendong anaknya sambil memberi makan, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya,“Menurut kalian, apakah ibu ini tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?” Para sahabat menjawab,”Tidak, demi Allah! Dia tidak akan tega, selama dia mampu untuk tidak melemparkan anaknya”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sungguh Allah lebih mengasihi para hamba-Nya dibandingkan kasih sayang ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari no. 5999 dan Muslim no. 7154)
Ayat dan hadits di atas menunjukkan betapa besar kasih sayang dan ampunan Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya, melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Akan tetapi, orang-orang musyrik tidak ikut tercakup di dalamnya. Hal ini menunjukkan begitu besarnya kejahatan dan kedzaliman yang ditimbulkan oleh kesyirikan.
Maka barangsiapa yang meninggal di atas kesyirikan, maka dia tidak akan diampuni. Sehingga hal ini menunjukkan betapa bahayanya kesyirikan. Kita wajib menghindarinya sejauh-jauhnya. Setiap dosa masih mungkin dan masih ada harapan untuk diampuni jika pelakunya tidak bertaubat, kecuali dosa syirik. Sedangkan kesyirikan tidak mungkin untuk dihindari kecuali dengan mempelajarinya dan mengetahui bahayanya. (Lihat I’anatul Mustafiid, 1/95)
Apabila seseorang berbuat syirik kemudian bertaubat dan meninggal di atas tauhid, maka Allah Ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya, termasuk dosa syirik. Dalam hal ini, Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah,’Hai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar [39]: 53)
Inilah sebagian kecil di antara bahaya-bahaya kesyirikan. Oleh karena itu, sudah selayaknya apabila seseorang sangat takut untuk terjerumus ke dalam perbuatan syirik. Dalam hal ini, Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam telah memberikan teladan kepada kita ketika beliau berdoa kepada Allah Ta’ala, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,’Wahai Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman. Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Wahai Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan mayoritas manusia’”. (QS. Ibrahim [14]: 35-36)
Ibrahim ‘alaihis salaam berdoa seperti itu, padahal beliau telah memiliki kedudukan yang sangat tinggi sebagai kekasih Allah (khalilullah). Meskipun demikian itu keadaan Ibrahim ‘alaihis salaam, beliau tetap mengkhawatirkan apabila dirinya jatuh terjerumus ke dalam perbuatan syirik, karena hati manusia berada di antara jari-jemari Ar-Rahman. Oleh karena itulah, sebagian ulama mengatakan,”Dan siapakah yang merasa aman dari ujian setelah Ibrahim ‘alaihis salaam (tidak merasa aman)?” Karena Ibrahim ‘alaihis salaam mengkhawatirkan dirinya kalau terjerus ke dalam perbuatan syirik ketika beliau melihat banyak manusia yang terjerumus ke dalamnya. Wallahu a’lamu. [dr. M. Saifudin Hakim]

Sabtu, 01 Mei 2010

MEDIA MUJAHID ITU HARUS EKSIS DAN TERDEPAN

E-mail Print PDF

Ironisnya, Ikhwani fillah, perang media propaganda mereka ini didukung oleh media-media yang katanya “Islami”

SEGALA Puji Bagi Allah Swt atas segala karunia-Nya berupa kenikmatan iman, takwa, dan keistiqomahan buat para mujahid-mujahid yang berjuang di jalan-Nya. Sholawat dan salam buat junjungan besar kita, komandan mujahid, Muhammad Saw, beserta keluarga dan para sahabat-sahabatnya. Amma ba’du.

Dengan izin Allah, Ana bisa menulis kembali untuk ikhwah dan akhwat sekalian. Walaupun hanya sebatas kata-kata Tahridh (penyemangat), namun Insya Allah bermanfaat buat kalian dalam menjadi sosok Mujahid media ke depan.

Ikhwani Wa Akhwati fillah!

Memang perjuangan ini amatlah berat, penuh hal-hal yang membuat kaum muslimin sesak apabila melihat penindasan-penindasan kaum munafik, kafir, dan sebagainya terhadap umat ini. Penindasan yang mereka lakukan bukan saja pada fisik melalui invasi militer dan kekuatan-kekuatan yang lain. Namun juga didukung oleh media-media sekuler antek-antek Yahudi, dengan sarana propaganda jijik lagi keji melalui TV, media internet, surat kabar, dan sebagainya.

Ironisnya, Ikhwani fillah, perang media propaganda mereka ini didukung oleh media-media yang katanya “Islami”, tapi keterpihakan terhadap kaum muslimin begitu minim, bahkan tidak adil sama sekali.

Subhanallah, bagi umat Islam, terutama mujahid media Islam, netralitas kita adalah keberpihakan kita terhadap kaum muslimin dan pejuang-pejuang Islam yang membela kaum muslimin, dengan harta dan jiwa. Menabrak pakem yang telah dibuat oleh kaum sekuler dan kafir ini adalah sebuah kemuliaan buat Islam dan Izzatul Islam.

Coba Anda renungkan dengan baik saudara-saudaraku. Semua aturan media internasional itu dibikin oleh kaum zionis, dari aturan jurnalistik kenetralan, hal-hal humanis, serta keberpihakan media kepada negara-negara penjajah. Semua itu bentuk penjajahan jiwa buat jurnalis-jurnalis Islam di dunia. Mereka yang membuat sumber-sumber berita, dan kita yang mengutip untuk kita publish, seperti AP, Reuters, AFP, CNN, BBC, dan lain-lain. Kebanyakan kita berkiblat kepada sumber berita itu, mulai dari pengambilan, penyodoran, bahkan gaya atau lifestyle yang mereka buat.

Terus terang, selama lima tahun ana berkecimpung dalam dunia media ini, walaupun secara khusus ana bukan jurnalis yang hebat, bahkan masuk sekolah jurnalis saja tidak pernah, namun dengan izin Allah, dengan dibantu orang-orang yang ikhlas, ana bisa menabrak pakem yang dibuat kaum sekuler ini. Semua ini ikhwan, bisa terjadi bukan karena kita menguasai ilmu jurnalistik, tapi harus lebih dari itu.

Untuk menjadi jurnalis Islam yang hebat, itu sangat mudah. Semua itu harus bermula dari jiwa yang bersih, hati yang bersih, dan hanya meletakkan Allah Swt di atas segala-galanya. Kita bertauhid kepada-Nya, serta menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai suri tauladan hidup, dengan Al-Quran dan-Hadis sebagai pegangan hidup. Demi Allah, kalian akan hebat bilamana itu semua kalian laksanakan.

Mengapa harus memerlukan jiwa yang bersih? Karena dengan jiwa yang bersih, Allah SWT akan memberikan kita sebuah mata hati yang bisa melihat antara yang haq dan bathil, kebenaran dan kesesatan. Yang bisa membedakan, mana yang Islam dan mana yang kafir serta munafik. Tanpa hati yang bersih, maka kebatilan selalu terdepan, sedangkan kebenaran tersingkir hanya demi memuaskan musuh-musuh Allah Swt. Maka konsep cek dan ricek, atau dengan kata lain tabayyun ini sangatlah penting. Wajib bagi jurnalis-jurnalis Islam bertabayyun dalam setiap hal, dan bisa memberikan yang terbaik buat Islam dan kaum muslimin, walaupun orang kafir membenci dan memboikot. Jangan hanya gara-gara orang tidak ingin beriklan di media kita, kita sanggup mengorbankan kebenaran ke arah sesuatu yang samar-samar atau bohong.

Yang kedua, meletakkan Allah di atas segalanya. Dan poin ini sangatlah penting. Di sinilah banyak di antara kita, dari jurnalis muslim kadang ragu dalam hal kebenaran. Bahkan takut menyampaikan kebenaran itu, karena masih merasa manusia lebih besar dari Allah, takut kepada bos, pemerintah, dan penegak hukum thaghut.

Apabila kebenaran itu disampaikan, maka mungkin akan diintimidasi bahkan ditangkap. Saudaraku, ingatlah jika manusia ini berkumpul untuk memberikan kemadhorotan (mencelakakan) kepada kamu, mereka tidak akan bisa kecuali dengan izin Allah. Allahu akbar!! Allah Maha Besar, tidak ada yang lebih besar dari-Nya. Jangan takut, maka bergantunglah kepada-Nya dan bijaksanalah.

Ketiga, menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai suri tauladan. Ia benar, Nabi Muhammad Saw memberikan contoh terbaik buat umat Islam dalam segala hal, perhatikan QS. Al-Fath ayat 29.

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka...”

Ayat tersebut menggambarkan sikap dan keberpihakan kita, serta loyalitas kepada sesama muslim. Keras terhadap orang kafir dan lembut terhadap sesama orang Islam. Ini perlu kebijaksanaan para mujahid itu sendiri. Intinya, sebelum menulis sesuatu berita atau artikel, kita harus mempertimbangkan dampaknya untuk kaum muslimin. Jika itu sebuah kebenaran, maka harus disampaikan walau pahit, tapi harus bijaksana dan lembut. Namun jika menyampaikan kekalahan-kekalahan orang kafir, harus tegas, karena itu akan membuat kaum muslimin bangga karena sebuah kabar gembira.

Dan terakhir, kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Apapun masalahnya atau argumentasinya, jika kita berselisih atau bingung dalam memposisikan sesuatu, maka kembalikanlah kepada kitabullah wa sunnatu rosulullah (Al Quran dan As Sunnah), karena di situlah petunjuk dari sang pencipta dan tauladan buat umat manusia. Insya Allah, jika kita istiqomah dalam segala hal ini, kita akan sukses dunia akhirat.

Ikhwah fillah!

Maka oleh itu, jangan kalian merasa kecil dan tidak bersemangat dalam membela agama Allah ini. Jika belum berkesempatan untuk berjuang di medan laga, maka kita bisa berjihad di medan maya dan sejenisnya, sehingga Dien ini hanya milik Allah.

Sebelum ana mengakhiri tahridh ini, ana ingin menukil beberapa kata dari seorang mujahid agung, Dr. Ayman Az Zawahiri dalam bukunya “At-Tabriah; Mengapa Mujahid Media Itu harus Eksis dan Media Islam Harus Menjadi Yang Terdepan.” Ada tiga poin yang dikutip:


1. Untuk menjawab syubhat-syubhat (fitnah) kaum kafir dan antek-anteknya dengan bukti yang benar.
2. Menjawab segala asumsi dan opini media kafir dan sekuler dengan fakta.
3. Membangkitkan rasa percaya diri umat ini, bahwasanya eksistensi umat itu masih ada.

Alhamdulillah, semoga tulisan ini bermanfaat saudaraku sekalian yang ana cintai karena Allah. Ikhlas, sabar, istiqomah dan optimislah untuk menjadi manusia yang terbaik untuk umat ini. Bersatulah dan pupuklah ukhuwah dengan sesama jurnalis dan kaum muslim yang lain. Selalu menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Doakan ana istiqomah dan terlepas dari fitnah yang dilemparkan musuh-musuh Islam. Allahu maulana wala maulaalahum! Allah pelindung kita dan mereka (orang kafir) tidak punya perlindungan. Wallahu ‘lam bishshawab!

Dari saudara kalian, Muhammad Jibriel AR

( suara hidayatullah/Cholis Akbar/Wednesday, 28 April 2010 )