“Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran  Kami), lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu  terang benderang, agar kamu dapat mencari karunia dari Rabbmu, dan agar  kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Segala sesuatu  telah Kami terangkan dengan jelas” (QS. al-Isra’: 12).
 
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas telah menjelaskan kepada  manusia, bahwa Dialah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur alam semesta  seisinya dengan sempurna dan teratur, termasuk tentang waktu. Manusia  dengan akal karunia-Nya telah mampu mengetahui waktu: jam, hari bulan,  tahun. dan menyusunnya menjadi organisasi satuan-satuan waktu yang  disebut penanggalan atau kalender. 
Kalender sebagai hasil  budaya manusia berguna dalam penentuan waktu bercocok tanam, berlayar,  berburu, bermigrasi, beribadah dan hari-hari besar keagamaan. Ada dua  macam tahun kalender di dunia saat ini, yaitu menggunakan perhitungan  sistem matahari dan sistem bulan.
Pertama, berdasar putaran  bumi mengitari matahari. Rotasi bumi pada porosnya sehari dalam 23 jam  56 menit 1 detik atau dibulatkan menjadi 24 jam. Peredaran bumi  mengitari matahari dalam setahun  365, 2422 hari. Cara perhitungan waktu  edar bumi mengelilingi matahari ini disebut Kalender Syamsiyah, (solar  calendar).
Sistem kalender matahari, mulai dikenal dan diawali  oleh bangsa Mesir 4236 SM; setahun terdiri atas 12 bulan, tiap bulan 30  hari, ditambah 5 hari raya agama. Bangsa Indian Maya, Olmec dan Aztec di  Mexico menggunakannya sejak 580 tahun SM. Kelebihan kalender matahari  ketepatannya dengan perubahan musim. Sistem inilah yang dipakai dasar  kalender Masehi.
Pada masa kerajaan Jawa ada kalender yang  disusun oleh Prabu Aji Saka sejak 14 Maret 78 M, disebut Tahun Saka.  Sekarang masih dipakai  masyarakat Hindu Bali. Sultan Agung  Anjokrokusumo (Sri Sultan Muhammad) pada tahun 1555 Saka mengubah  perhitungan kelender Saka disesuaikan dengan sistem bulan/qamariyah atau  Hijriyah 1043 H  bertepatan 1633 M, namun tahunnya tetap 1555 Saka.  Putaran tahunnya diubah dengan istilah windu (8 tahun), dengan hitungan  setahun qamariyah 354 3/8 hari. Jadi, setiap 8 tahun ada 3 tahun panjang  (355 hari) dan 5 tahun pendek (354 hari).
Kedua, berdasar  waktu edar bulan mengelilingi bumi, dari bulan sabit ke bulan sabit  berikutnya dihitung 1 bulan, rata-rata 29,5 hari. Satu tahun Qamariyah  354 hari 8 jam 48 menit; dihitung dari hadirnya 12 kali bulan sabit.  Perhitungan waktu cara ini disebut Kalender Qamariyah, (lunar calendar),  sebagai sistem penanggalan paling tua. Keunggulan kalender bulan, yakni  tanggalnya mudah diketahui dari perubahan bentuk bulan. Sistem inilah  yang dipakai dalam kelender Hijrah atau Hijriyah.
Kalender  Masehi/Miladiyah
Kalender yang dipakai sekarang berasal  dari bangsa Romawi.  Pada waktu Julius Caesar menjadi anggota Pontifex  Maximus, dibantu Sosigenes, pakar astronomi dan matematik dari Yunani  memelajari penanggalan berdasar musim (matahari) di Mesir.  Asalnya  kalender Romawi dengan sistem bulan kemudian diubah menjadi sistem  matahari/syamsiyah, pada tahun 47 SM. Setahun terdiri atas 365 hari  lebih 6 jam atau 365 ¼ hari. Setiap 4 tahun dijadikan tahun kabisat,  yakni dengan menambah satu hari pada bulan terpendek (Februarius).   Bulan Februari yang berumur 28 hari, ditambah satu hari menjadi tanggal  29.
Senat Romawi mengabadikan nama Julius sebagai ganti nama  bulan ketujuh (sebelumnya Quintilis), sebagai penghormaan atas jasa  Julius Caesar.  dan disebut kalender Julian. Selanjutnya, Kaisar  Augustus merevisi tahun kabisat sejak 8 SM – 8 M. Nama bulan Sextilis  diganti menjadi Augutus, dan umur bulan menjadi 31 hari. Umur bulan ada  yang 31 hari, yaitu Januarius, Martius, Maius, Julius, Augustus, October  dan December; lainnya berumur 30 hari, kecuali Februari pada tahun  biasa 28 hari dan pada tahun kabisat berumur 29.
Riwayat  Nama 12 Bulan 7 Hari
Nama-nama bulan dan hari pada  kalender Masehi diambil dari kepercayaan Romawi Kuno. Januari dari nama  dewa Janus (dewa bermuka dua, wajahnya menghadap ke muka dan sebelah ke  belakang). Februari dari bahasa Latin Februo, artinya menyucikan jiwa  atau upacara membersihkan jiwa bangsa Romawi. Maret dari nama Mars (dewa  perang). April dari bahasa Latin Aperto, artinya terbuka, terkembang.  Disebut juga Easter, nama dewa musim panas. Mei dari nama Maia yakni  putri dewa Atlas. Juni dari nama Juno, salah satu dewa Romawi. Juli dari  nama Julius Caesar, atas jasanya menyusun kalender Masehi. Augustus  dari nama Kaisar Augustus, yang telah menyempurnakan tahun kabisat.
 Selanjutnya September dari bahasa Latin sextilis (tujuh), asal nama  bulan ketujuh, berubah menjadi nama bulan kesembilan.. Perubahan nama  tersebut menjadi salah kaprah dalam penyebutan bulan selanjutnya. Octo,  Novem dan Decem (bahasa Latin, artinya 8,9, 10). Akhirnya diubah menjadi  nama bulan kesepuluh, kesebelas dan kedua belas.
Kaisar  Constantinus sebagai Kaisar Romawi pertama beragama Kristen, pada tahun  321 M, mengenalkan nama-nama hari dalam 7 hari. Disandarkan pada  kepercayaan Kristen bercampur kepercayaan Yahudi dan Romawi Purba.  Sebetulnya pembagian sepekan dalam tujuh hari dilakukan oleh bangsa  Assyria (Irak Utara) dan Yahudi di Timur Tengah. Mereka percaya bahwa  tujuh benda langit berpengaruh pada kehidupan di bumi.
Pengaruh  benda langit itu berganti dari jam ke jam dari yang terjauh Saturnus  sampai yang terdekat, yakni bulan. Oleh sebab itu hari pertama disebut  Saturday (hari bintang Saturnus). Memang, bila kita hitung mundur sampai  tahun 1 Masehi, maka tanggal 1 Januari bertepatan pada hari Sabtu.
Pengaruh benda langit pada jam kedua Jupiter lalu disusul Mars,  Matahari, Venus, Merkurius dan Bulan, Saturnus dan seterusnya berulang.  Jam pertama berikutnya dipengaruhi matahari, dalam bahasa Inggris  disebut Sunday (hari matahari). Monday (hari bulan), Tuesday dari Tyr,  dewa perang. Wednesday dari Woden, dewa suci. Thursday, dari nama dewa  Thor (dewa halilintar) dan Friday dari Freya yakni dewa perkawinan.
 Adapun kalender atau tarikh Masehi yang dipakai dewasa ini tahun  pertamanya dimulai dari tahun (yang dianggap) kelahiran Isa al-Masih;  yang diputuskan oleh Pimpinan gereja Roma, Dyonsius Exiguus pada tahun  525 M. Disebut kalender Masehi artinya kalender yang disusun oleh  pemimpin agama Kristen, berdasar keyakinan agama Kristen.
Pada  masa Paus Gregorius VIII dilakukan koreksi lagi terhadap kalender  Julian. Paus dibantu Lilio Ghiraldi alias Aloysius Lilius (ahli  astronomi dan fisika) dan Christoper Clavius (ahli matematika). Mereka  menghitung siklus matahari,  diketahui secara akurat bahwa satu tahun  lamanya 365,242199 hari (365 hari, 5 jam, 48 menit, 46 detik). Padahal,  pada kalender Julian 365 ¼ hari (365 hari, 6 jam). Jadi perbandingan  keduanya selisih 11 menit.
Paus Gregorius memutuskan untuk  mengurangi kalender Julian, bahwa bulan Oktober 1582 akan dikurangi 10  hari. Jadi, ketika hari Kamis tertanggal 4 Oktober 1582, maka besoknya  (bukan tanggal 5 Oktober) tetapi ditetapkan menjadi tanggal 15 Oktober.  Tahun kabisat tidak berdasar rumus angka tahun dibagi empat, tetapi  dihitung bila angka tahun habis dibagi 400. Misalnya tahun 1400 bukan  tahun kabisat; justru tahun 1600 menjadi tahun kabisat, karena 1600  habis dibagi 400.
Penanggalan ini diberi nama Kalender  Gregorian. Awalnya hanya dipakai terbatas di kalangan penganut Katolik  Roma. Kemudian diikuti  Spanyol, Portugis, Jerman, Belanda dan Perancis.  Penganut Protestan menggunakan kalender ini sejak tahun 1700.
 Ratu Elizabeth I memerintahkan penerbitan kalender di London tahun 1571  oleh Watkin’s & Robertts. Inggris dan koloninya di Amerika baru  tahun 1752 mengikuti kalender Gregorian, dengan merevisi 11 hari, bahwa  tanggal 2 September esoknya dinyatakan 14 September 1752. George  Washington yang lahir 11 Februari 1731 (1742 ?), setelah tahun 1752 hari  ulang tahunnya berubah menjadi 22 Februari.
Di Amerika  berkembang penerbitan almanac, yang memuat himpunan informasi, hari,  pecan, bulan, tahun, waktu terbit matahari dan bulan, info astronomi,  kewilayahan, data sejarah, ramalan hari baik, buruk dan sebagainya.  James, saudara Benyamin Franklin menerbitkan almanac tahun 1728. Tahun  1752 Benyamin Franklin menerbitkan “Poor Richard Almanac”. Setidaknya 25  tahun karya itu amat laris di pasaran dan menjadi sumber kekayaan serta  pengaruh Yayasan Franklin.
Perancis menggunakannya sejak 1582,  tetapi saat Revolusi Perancis berganti Kalender Revolusi 24 November  1793. Napoleon Bonaparte menggantinya dan kembali menggunakan kelender  Gregorian di depan Senat tanggal 9 September 1805.
Jepang  tahun 1873, dengan angka tahun kalender Jepang yang disebut Syowa. Rusia  sejak tahun 1918, kemudian diganti Kalender Revolusi Bolsheviks. Tahun  1940 kembali menggunakan kalender Gregorian.
Cina tahun 1912,  tetapi tetap menggunakan perhitungan gabungan sistem bulan-matahari,  yakni kalender qamariyah dengan memperhitungkan musim. Kalender Cina ada  tahun matahari (Yang-lek) dan tahun bulan (Im-lek). Tak heran, bila  tahun baru Imlek ditandai hujan, karena memang dihitung berdasar sistem  musim tadi. Yunani menggunakannya sejak tahun 1924 dan Turki sejak 1927  semasa Kemal Ataturk.
Kalender Julian telah mengalami beberapa  perubahan. Kalender Gregorian dari nama Paus Gregorius dengan Tahun  Masehi inilah yang kini menjadi penanggalan internasional berlaku di  seluruh dunia.
Kalender Indonesia
 Penerbit Balai Pustaka pernah menerbitkan Almanak Rakyat bertajuk Volk  Almanak, berbahasa Melayu/Indonesia dan berbahasa daerah Jawa, Sunda dan  lainnya.  Pihak swasta juga aktif menerbitkan. Misalnya, Almanak  Nasional, tahun 1951. Dalam bahasa Jawa, ada Almanak Maha Dewa, 1951 dan  Almanak Dewi Sri, 1971, Penerbit UP, Yogyakarta. Di Banda Aceh  diterbitkan Almanak Umum tahun 1959, oleh penerbit Atjeh Press Service.
Dalam kalender berbahasa Indonesia penamaan bulan mengikuti  Masehi, tetapi nama hari mengikuti urutan angka Arab. Ahad/Minggu,  Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu. (Ahad, Isnain, Tsulatsa,  Arba’ah, Khamsah, Sittah (Jum’ah), dan Sab’ah). Hari keenam mendapat  nama khusus dari Allah, agar kaum muslimin menunaikan ibadah berjama’ah  (QS Jum’ah: 9).
Penamaan hari Minggu dari bahasa Portugis  Dominggo artinya hari Tuhan, yakni berkenaan dengan kepercayaan penganut  Kristen bahwa pada hari itu Tuhan Pencipta alam beristirahat dan pada  versi lain sebagai hari Yesus bangkit. 
Demikian sekilas  riwayat kalender Masehi, disusun berdasar kepercayaan Mesir Purba,  Romawi Purba, yang dirumuskan (diubah dari sistem bulan ke sistem  matahari) oleh Julius Caesar dan pakar astronomi.  Kaisar Constantinus  memasukkan nama hari yang diserap dari kepercayaan rakyat Mesir Purba  dan Romawi Purba, Kristen dan Yahudi. Paus Gregorius telah  menyempurnakannya dan dipakai oleh masyarakat dunia. Penggunaan kalender  Masehi dibuat untuk kepentingan kepercayaan agama Kristen: tentang hari  lahir al-Masih, Paskah, kebangkitan Yesus.
Setiap muslim  hendaknya dapat teliti dalam kehidupan sehari-harinya. Bahwa nama bulan  pada kelender Romawi, ternyata dipengaruhi kepercayaan masa purba yang  tidak sesuai dengan aqidah tauhid. Yang benar dapat diambil, yang batil  ditinggalkan.***(voa-islam/Kamis, 31 Dec 2009)
akidah
(2)
jelajah medan dakwah
(4)
kajian
(21)
kajian 911
(1)
khutbah jum'at
(3)
nasehat ulama
(47)
pustaka
(2)
sekilas info
(38)
Minggu, 04 April 2010
RIWAYAT KALENDER MASEHI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar