oleh Aidil Heryana
Subhanallah! Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.
Allah bersumpah dengan fenomena kosmik  unik ini. Firman-Nya: "Ada laut yang di dalam tanahnya ada api"  (Qs. Ath-Thur 6).
Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang  mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang  berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan  di bawah api terdapat lautan."
Ulasan Hadits  Nabi
Hadits ini sangat sesuai dg sumpah Allah  SWT yang  dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana  Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan sumpah apapun  demi lautan yang  di dalam tanahnya ada api "al-bahrul masjur." Sumpahnya:
"Demi  bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi  Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di  dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak  seorangpun yang dapat menolaknya." (Qs. Ath-Thur: 1-8)
Bangsa  Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan  memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang  di dalam tanahnya  ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara”  sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau  mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu  yang  bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan  air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup  berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang  rusak salah  satunya?
...tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat...
Persepsi demikian mendorong mereka untuk  menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia  nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah SWT: "Dan apabila  lautan dipanaskan" (QS. At-Takwir 6).
Memang, ayat-ayat pada  permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik  yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah  Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada  dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).
Hal inilah yang  mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa  kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas.  Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara,"  yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja  sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru  ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah  SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan  memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak  meluap secara berlebihan ke daratan.
Namun, hadits Rasulullah  SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa:  Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.
Setelah  Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan  samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang  sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya  materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan  dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang  membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh  samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah  samudera'.
Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah  samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut  sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks)  yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui  sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek  lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna  dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa  lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak  ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan  lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang  sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan  tinggi.
Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas  ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan  suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis  yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau  laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan  dengan "fenomena perluasan dasar laut dan samudera." Dengan terus  berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang  dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang  mampu menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.
...meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera....
Salah satu fenomena yang mencengangkan  para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu banyak, air laut  atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan  magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan  samudera. Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas  dasar samudera bumi, termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan  Selatan, dan dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah merupakan saksi  hidup dan bukti nyata atas kekuasaan Allah SWT yang tiada batas.
Laut  Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan  gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya  dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini,  dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia,  Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa  kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.
Kapal-kapal  proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel  tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu  diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika  stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani  mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan  uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan  demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa  ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah  laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.
...terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi...
Kemudian terbukti pula dengan beragam  dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah  SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong  gunung berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan  ini hingga kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di  dalam pisan lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan  air yang puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di  permukaan bumi.
Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW  ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan  sabda: "Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada  lautan."
Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa  diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.
Pelansiran  fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah  SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW,  sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan  diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar  Allah yang menyatakan:
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu  (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain  hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya  oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan  (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada  di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi,  maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah  atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya  (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)
Tidak  seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali  baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam  hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang  menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.
Segala  puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Sumber:
- Pembuktian Sains dalam Sunnah buku 1, karya Dr. Zaghlul An-Najjar.
 - Video http://www.facebook.com/home.php?#!/video/video.php?v=370011087607&ref=mf
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar